Kamis 11 Oct 2018 05:57 WIB

Islam, Finlandia, dan Indonesia (1)

Mengapa Finlandia dan Indonesia sama-sama antusias menyelenggarakan dialog antaragama

Azyumardi Azra
Foto: Republika
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Azyumardi Azra

Kembali ke Finlandia belum lama, penulis "Resonansi" ini melihat banyak perubahan; tetapi juga ada yang tidak banyak berubah. Helsinki, ibu kota Finlandia, terlihat lebih ramai dan sibuk dibandingkan 12 tahun lalu pada akhir 2006 ketika penulis pertama kali datang ke negara ini.

Ada yang tak berubah: komunitas keagamaan dan Pemerintah Finlandia masih tetap antusias menyelenggarakan dialog antaragama dan budaya, baik secara internal maupun dengan pihak internasional. Dalam kaitan itu, Direktorat Diplomasi Publik, Direktorat Informasi, dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan KBRI Helsinki dan berbagai mitra Finlandia menyelenggarakan Dialog Antaragama dan Intermedia I di Helsinki (17-18 September 2018).

Untuk kepentingan itu, Kementerian Luar Negeri RI mengirim delegasi pembicara yang terdiri atas Dr Siti Ruhaini Dzuhayatin, Staf Khusus Presiden RI untuk Urusan Agama pada tingkat internasional; Gomar Gultom MA, sekjen PGI; DR Philip K Wijaya, pimpinan Permabudhi, Buddha; Uni Zulfiani Lubis, pemred IDN News, direktur Diplik Kemenlu Azis Nurwahyudi, dan penulis "Resonansi" ini.

Dialog Antaragama dan Intermedia, sekali lagi, mencerminkan partisipasi aktif Finlandia untuk menumbuhkan saling pengertian dan kerja sama baik antarkomunitas agama dan masyarakat budaya di dalam negeri, negara-negara Eropa, dan dunia lebih luas. 

Finlandia pernah menjadi sponsor penyelenggaraan ASEM Interfaith Dialogue I di Bali (2006), kedua di Seoul (2009), dan ketujuh di Manila (2011). Pemerintah Finlandia pada 2017 menghibahkan dana 80 ribu euro (sekitar Rp 15 miliar) untuk organisasi keagamaan guna mempromosikan dialog antaragama.

Kehidupan keagamaan dan budaya di Finlandia juga majemuk meski Kristen (Protestan) adalah agama mayoritas. Menurut data 2017, dari sekitar 5,5 juta warga negara ini, 70,9 persen pengikut Gereja Lutheran Finlandia dan 1,1 persen pemeluk Gereja Ortodoks Finlandia. Lalu, 23 persen mengaku ateis, dan 2,3 persen pengikut agama lain: Islam (1,2 persen dengan jumlah sekitar 60 ribu jiwa), Hindu, dan Buddha masing-masing sekitar 5.000 orang, dan agama Yahudi sekitar 1.500 jiwa.

Di luar itu, penulis "Resonansi" ini pernah pula menjadi narasumber dalam The 12th Cultural Forum yang diselenggarakan Union for Christian Culture Finlandia di Espo, kota kecil yang tidak jauh dari Helsinki (30 November-2 Desember 2006). Tak kurang 25 pembicara dari berbagai negara membahas berbagai subjek terkait agama, budaya dan pluralisme, agama dan radikalisme, serta agama dan globalisasi. Semua pembicaraan diterbitkan dalam buku Pyhan Silmassa: At the Center of the Sacred (Espoo: 2007).

Mengapa Finlandia dan Indonesia sama-sama antusias menyelenggarakan dialog antaragama dan intermedia? Ini tak lain didasari kenyataan bahwa masyarakat kedua negara sangat majemuk, baik dalam agama, budaya, dan juga media, apalagi di tengah peningkatan gejala kekerasan atas nama agama secara global, migrasi orang berbeda agama dan budaya dari satu negara ke negara lain (seperti dari Dunia Arab dan Asia Selatan ke Finlandia), dan penggunaan media sosial.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement