Kamis 11 Oct 2018 05:37 WIB

Penjelasan Pemerintah Soal Ditundanya Kenaikan Harga Premium

Presiden Jokowi memutuskan untuk menunda kenaikan harga premium.

Petugas mengisi premium ke dalam sepeda motor di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (10/10). Pemerintah memutuskan untuk menunda rencana kenaikan BBM jenis premium sembari menunggu kesiapan dari Pertamina untuk menjalankan kebijakan tersebut.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan

Saran eks menkeu

Mantan menteri Keuangan Chatib Basri menilai pemerintah perlu menaikkan harga BBM jika ingin mengurangi defisit transaksi berjalan (CAD). Sebab, CAD menjadi titik lemah Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah.

"Ya, harganya dinaikkan (BBM). Tapi, ini secara politik memang agak susah," kata Chatib di Kuta, Bali, Rabu. 

Chatib dalam berbagai kesempatan sebelumnya memang selalu menyorongkan opsi menaikkan harga BBM untuk mengatasi beban impor migas yang berlebihan.

Pemerintahan Jokowi-JK tercatat menaikkan harga BBM Premium pada 2015, yakni dari Rp 6.700 per liter menjadi Rp 6.800, kemudian naik lagi menjadi Rp 7.300 per liter. Setelah itu, Premium turun harga menjadi Rp 6.950, lalu naik lagi ke Rp 7.050 sebelum akhirnya pada 2016 turun lagi ke Rp 6.550.

Dia menjelaskan, CAD Indonesia melebar akibat tekanan dari defisit migas. Sementara, neraca perdagangan nonmigas saat ini masih mengalami surplus. 

Sehingga, kata Chatib, isu yang perlu menjadi fokus pemerintah adalah mengatasi defisit migas. Pada Januari-Agustus 2018, neraca dagang defisit 4,09 miliar dolar AS. Defisit migas mencapai 8,35 miliar dolar AS dan surplus nonmigas mencapai 4,26 miliar dolar AS.

Dalam jangka panjang, kata Chatib, defisit migas bisa diatasi dengan meningkatkan produksi migas dalam negeri. Sebagai solusi jangka pendek, kata eks peneliti ekonomi Universitas Indonesia itu, impor BBM harus bisa dikurangi. 

Saat ini, pemerintah berupaya mengurangi impor dengan menggulirkan kebijakan wajib biodiesel 20 persen (B-20) sebagai substitusi impor. "Tapi, itu (B-20) juga butuh waktu panjang. Cara paling cepat, ya, permintaannya dikurangi," kata Chatib

Sebelum pemerintah mengumumkan kenaikan harga Premium dan kemudian menundanya, PT Pertamina (Persero) pada pagi hari mengumumkan kenaikan harga BBM nonsubsidi. Pertamina melakukan kenaikan harga BBM nonsubsidi karena meningkatnya harga minyak dunia.

Saat ini, harga minyak dunia rata-rata menembus 80 dolar AS per barel. Di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax naik menjadi Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, Pertamina Dex Rp 11.850 per liter, Dexlite Rp 10.500 per liter, dan Biosolar non-PSO Rp 9.800 per liter.

(rahayu subekti ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement