Rabu 10 Oct 2018 12:45 WIB

Bank Dunia Galang Solidaritas Global untuk Lombok dan Palu

Dampak bencana alam terhadap masyarakat miskin bisa mencapai 550 miliar dolar AS

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Jim Yong Kim.
Foto: Reuters/ca
Jim Yong Kim.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Grup Bank Dunia (World Bank Dunia) mendukung penuh seluruh masyarakat Indonesia bangkit dari bencana. Indonesia beberapa waktu terakhir menghadapi bencana tak terduga, mulai dari erupsi Gunung Agung di Bali, gempa bumi di Lombok, serta gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.

"Saat ini masyarakat Lombok dan Sulawesi akan menjadi pemikiran utama kita untuk mendukung Indonesia bangkit kembali dalam jangka pendek dan panjang," kata Presiden Grup Bank Dunia, Jim Yong Kim dalam High Level Dialogue on Disaster Risk Financing and Insurance in Indonesia di Nusa Dua, Rabu (10/10).

Kim menganggap Indonesia layak menjadi salah satu prioritas dunia saat ini karena salah satu negara dengan ancaman bencana alam tertinggi yang berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia juga selalu berada di depan membantu negara-negara lain yang terdampak bencana alam.

"Kami ingin membuat gerakan solidaritas multilateral untuk warga Lombok dan Sulawesi. Kami berdiri dengan Anda. Kami bersyukur terhadap segala hal yang dilakukan Indonesia di masa lalu yang membantu negara lain dalam proses tanggap cepat bencana," kaat Kim.

Dokter dan antropolog Korea berkebangsaan Amerika Serikat ini menyebut Indonesia adalah negara dengan ketahanan masyarakat tinggi. Terlepas dari banyaknya bencana yang dihadapi negara ini, khususnya tsunami Aceh (2004), Indonesia selalu menjadi pemimpin dalam penanggulangan bencana.

Kim melihat masyarakat Indonesia sepenuhnya terlibat dalam tanggap darurat bencana. Saat berkunjung ke Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu, Kim merasakan hal berbeda di mana masyarakat begitu bersemangat membangun kembali semuanya lebih baik lagi.

"Harapan saya semangat build, back, better masyarakat Indonesia bisa menyemangati dunia internasional," kata Kim.

Saat tsunami Aceh, Indonesia membangun seluruh infrastruktur dari nol, menyiapkan instrumen regulasi, dan membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sayangnya, kata Kim semua itu dilakukan setelah terjadi bencana.

Bank Dunia memiliki pengalaman di lebih 60 negara terkait strategi perlindungan komprehensif, terutama merespons bencana alam menggunakan berbagai pendekatan. Indonesia bisa mengadopsi ini untuk mengurangi dampak bencana alam lebih besar.

Salah satu riset Bank Dunia menunjukkan dampak disproporsional bencana alam terhadap masyarakat miskin bisa mencapai 550 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi dari kerugian moneter yang bisa dialami sebuah negara.

Oleh sebabnya Kim menilai Indonesia memerlukan skema asuransi bencana alam, perlindungan sosial untuk rumah tangga, khususnya rumah tangga miskin, dan menyiapkan dana cadangan. Dalam beberapa hari ke depan selama pelaksanaan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) - Bank Dunia 2018, Bank Dunia akan membantu Indonesia menyiapkan strategi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement