REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Putri presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, menyebut Indonesia rentan digoyang berita bohong (hoaks) karena masyarakatnya kadang tidak mau membaca lebih dalam kebenaran informasi yang diperoleh. Yenny juga menegaskan bahwa masyarakat tidak mencoba berpikir kritis.
Baca Juga:
"Jika diberikan info, ditelan mentah-mentah. Hal ini sangat berbahaya," kata Yenny di Solo, Selasa (9/10).
Menurut dia, soal hoaks memang ada beberapa negara yang berujung konflik antarkelompok masyarakat hingga sekarang. Menyinggung soal kasus hoaks Ratna Sarumpaet, menurut Yenny, dampaknya luar biasa dan tidak bisa diterima.
Akibatnya, kata dia, ada provokasi-provokasi yang terjadi di tengah masyarakat sehingga suasana menjadi panas menjelang Pemilu 2019. "Bayangkan jika hoaksnya tidak terungkap oleh aparat keamanan, seperti apa kita ke depan? Masyarakat dicampur aduk perasaannya," ujar Yenny.
Kendati demikian, lanjut dia, dalam menangani permasalah hoaks ke depan agar jangan cepat terbawa emosi, atau semua pihak bisa menahan diri. "Kita jadikan kasusnya Ratna Sarumpaet ini sebagai pelajaran kita semua untuk selalu kroscek jika ada isu. Jangan langsung dikomentari," tuturnya.
Yenny menggatakan bahwa semua pihak boleh menonjolkan kelebihan dari pasangan calon masing-masing dalam berpolitik. Akan tetapi, tidak dengan cara terlalu menjelek-jelekkan atau menggunakan hoaks yang akhirnya bisa memicu konflik.
"Mau memenangkan pasangan calonnya silakan. Namun, jangan memakai hoaks karena dapat membakar rumah sendiri," kata Yenny.