REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, sebanyak 8.276 warga di wilayah terdampak gempa dan tsunami Sulawesi Tengah telah dievakuasi keluar Palu. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, evakuasi dilakukan melalui jalur darat, laut, serta udara.
Berdasarkan laporan BNPB pada Selasa (9/10), sebanyak 6.157 orang dievakuasi melalui jalur udara. Mereka diterbangkan dari Palu menuju Makssar (4.631 orang), Balikpapan (1.173 orang), Jakarta (182 orang), serta Manado (171 orang). Sedangkan jalur laut ada 1.908 orang dengan tujuan Makassar (1.853 orang) dan Nunukan (55 orang).
“Evakuasi secara mandiri juga dilakukan menuju Maros melalui jalur darat sebanyak 211 orang,” kata Sutopo dalam Konferensi Pers di Kantor Pusat BNPB, Jakarta Timur, Selasa (9/10). Ia menjelaskan, dari jumlah tersebut belum diklasifikasikan lebih rinci terkait kondisi rumah mereka apakah rusah ringan, sedang, atau berat.
BNPB mencatat, hingga pendataan hari kesebelas, setidaknya sebanyak 67.310 unit rumah rusak di wilayah Palu dan Donggala. Tak hanya itu, sebanyak 99 unit fasilitas ibadah juga rusak dan 20 unit fasilitas kesehatan turut rusak. Adapun jumlah pengungsi secara total mencapai 82.775 orang. Ada 74.044 orang yang mengungsi di 112 titik di Sulteng serta 8.731 orang mengungsi keluar Sulteng.
Sementara itu, Sutopo mengatakan sepanjang evakuasi korban meninggal pada Senin (8/10) hingga pukul 18.00 wita, telah ditemukan 46 korban meninggal dunia. Dengan demikian, total jumlah korban meninggal yang ditemukan oleh Tim SAR Gabungan dengan koordinasi Basarnas sebanyak 778 orang.
Adapun, total korban meninggal dunia yang ditemukan relawan, masyarakat, serta petugas lainnya mencapai 1.232 sehingga total korban meninggal sebanyak 2.010 orang. Korban meninggal, dikatakan Sutopo paling banyak ditemukan di kecamatan Balaroa dan Petobo. Dua wilayah tersebut adalah kawasan dimana terjadi likuifaksi.