REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Kemarau panjang yang masih berlangsung di sebagian besar wilayah Kabupaten Semarang tak hanya berpengaruh pada ketersediaan air bersih dan produksi pertanian warga. Kondisi ini juga mempengaruhi keseimbangan ekosistem hutan, yang menjadi habitat satwa liar, seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis), di wilayah Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.
Dalam satu bulan terakhir, koloni kera ekor panjang sudah turun ke kawasan ladang dekat pemukiman dan merusak berbagai tanaman pertanian milik warga desa setempat untuk mencari makanan.
Akibatnya, lahan pertanian warga yang tersebar di empat dusun, di desa yang berada di lembah gunung Telomoyo ini telah terdampak oleh 'serbuan' koloni kera ekor panjang tersebut.
"Masing- masing di Dusun Gowono, Jingkol, Srandil serta Dusun Kenongo," ujar Kepala Desa (Kades) Sepakung, Ahmad Nuri yang dikonfirmasi Selasa (9/10).
Ia mengungkapkan, serangan koloni kera ekor panjang terhadap lahan pertanian milik warga Desa Sepakung ini, juga terjadi pada saat musim kemarau tahun lalu. Hanya saja, dampak kerusakan lahan pertanian kali ini lebih parah, karena jumlah koloni kera yang turun ke kawasan ladang dan pertanian warga semakin banyak.
"Kalau tahun lalu satu koloni paling banyak hanya berjumlah 25 hingga 30 ekor, sekarang ini satu koloni sudah mencapai lebih dari 50 ekor kera," kata dia.
Hingga saat ini, luasan kerusakan lahan pertanian akibat serangan koloni kera ekor panjang sudah mencapai puluhan hektare, di wilayah empat dusun tersebut. Kawanan kera ini menyasar tanaman umbi-umbian, jagung, terong, nanas dan tanaman cabai. Bahkan tanaman rumput gajah untuk pakan sapi juga dirusak batangnya.
Sehingga serangan koloni kera ekor panjang ini kian meresahkan warga desanya. Karena kawanan kera ini sudah tidak takut lagi dengan aktivitas warga di ladang.
"Walaupun ada warga yang sedang melakukan aktivitas di ladang, kera- kera ini tidak takut karena jumlahnya semakin banyak," kata Ahmad Nuri.
Ia juga mengungkapkan, belajar dari pengalaman serangan kawanan kera ekor panjang tahun lalu, peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) pernah melakukan riset di di Desa Sepakung. Selain faktor terganggunya ekosistem hutan akibat musim kemarau, koloni kera ekor panjang yang ada di hutan lembah Telomoyo ini juga memiliki sifat-sifat spesifik.
Misalnya kera ekor panjang ini memiliki area jelajahnya pun bisa mencapai 100 kilometer. "Termasuk tidak takut lagi jika aktivitas dan keberadaan koloni ini diketahui oleh manusia," kata dia.