REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Penasehat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Hidayat Nur Wahid mengaku tidak khawatir pendukung Prabowo - Sandiaga akan alihkan dukungannya ke pasangan nomor urut 01 Joko Widodo - Ma'ruf Amin. Pascaperistiwa tersebut, dirinya justru melihat bahwa pendukung Prabowo - Sandiaga mengapresiasi sikap Prabowo tersebut lantaran secara terbuka meminta maaf.
"Setelah tahu itu bohong, beliau segera membuat sikap meminta maaf, dan itu publik mengapresiasi," kata Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (8/10).
Wakil Ketua Dewan Majelis Syuro PKS tersebut menilai wajar jika seseorang dibohongi. Ia mengatakan, bahwa sepanjang sejarah Indonesia hampir sebagian besar mantan presiden juga pernah dibohongi.
"Bahkan muncul ungkapan pilih capres yang dibohongi, atau yang lainnya di polling dunia maya," ujarnya.
Hidayat pun menyambut baik jika tren meminta maaf jika berbuat salah dibiasakan di Indonesia. Dirinya juga meminta kepada Presiden Jokowi untuk juga meminta maaf jika ternyata tidak bisa merealisasikan janji kampanye.
"Tidak seperti di Jepang yang tidak bisa melaksanakan janji-janji kampanye dia harus mundur, kalau tidak bisa melaksanakan janji-janji kampanye atau melakukan kesalahan ya minta maaf saja secara terbuka. Itu kesatria saya rasa diapresiasi rakyat Indonesia," ujarnya.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menilai kasus hoaks Ratna Sarumpaet tak akan mengurangi elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurut dia, pemilih pasangan nomor urut 02 itu sudah solid.
Ia mengatakan, secara umum pemilih Prabowo merupakan masyarakat yang tak puas dengan kinerja pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Artinya, mereka akan tetap menganggap Prabowo sebagai pilihan alternatif.
"Karena pemilih Prabowo sebagian besar adalah yang anti-Jokowi. Apa pun yang dilakukan Prabowo, mereka akan punya pembenaran," kata dia di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (7/10).
Meski begitu, Djayadi menambahkan, kasus hoaks itu membuat citra Prabowo menjadi negatif. Pasalnya, selama ini Prabowo selalu dikesankan sebagai pemimpin yang kuat, paham dengan masalah, serta mengerti dengan intelijen, mengingat latar belakangnya sebagai tentara.
Dengan adanya isu hoaks Ratna Saarumpaet, Prabowo akan kesulitan menambah suara dari masyarakat yang belum memilihnya. "Tapi secara elektoral tak akan membuat lari pemilih Prabowo," kata dia.