REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru Saiful Mujani Researc & Consulting (SMRC) menunjukkan calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) masih unggul dibandingkan penantangnya, Prabowo Subianto. Berdasarkan jawaban spontan masyarakat, Jokowi meraih elektabilitas 47, 4 persen sedangkan Prabowo hanya 21,8 persen.
Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan menjelaskan, penurunan elektabilitas Jokowi mungkin terjadi kalau ada persoalan keamanan. Hal ini merujuk pada survei elektabilitas pada Mei 2018.
Sekitar lima bulan silam, Jokowi sempat mengalami penurunan elektabilitas. Menurut Djayadi, Jokowi memiliki elektabilitas sebesar 65 persen pada Januari 2018 dan menjadi 57,2 persen pada Mei 2018.
"Salah satu penyebab utamanya adalah peristiwa keamanan, kasus Mako Brimob dan bom Surabaya,” kata dia di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (7/10).
Akibat dua kejadian tersebut, ia mengatakan, elektabilitas Jokowi menjadi menurun tajam karena ada peningkatan kecemasan. Jika pemerintah ke depannya dapat menjaga situasi keamanan tetap stabil maka akan cenderung menguntungkan pejawat.
Baca Juga:
- SMRC: Capres dengan Tren Selalu Unggul Selalu Sulit Dikalahkan
- Di Sukabumi, Prabowo Rasakan Dukungan yang Luar Biasa
Apalagi, ia mengatakan, berdasarkan tren sejak Mei 2017, Jokowi selalu unggul dibanding Prabowo sejak Mei 2017. "Kalau lihat trennya, Jokowi selalu di atas Prabowo," kata dia
Elektabilitas Prabowo mengalami penurunan sejak Mei 2018. Pada Mei lalu, elektabilitas Prabowo sebesar 33,2 persen. Namun pada September 2018, elektabilitas Prabowo menjadi 28,7 persen.
Terkait tren jawaban spontan masyarakat, SMRC mencatat adanya peningkatan sejak Mei 2018. Tren jawaban spontan untuk capres pejawat mengalami peningkatan sebesar 6,5 persen, sedangkan Prabowo mengalami peningkatan 5,9 persen.
Selain itu, Jokowi juga unggul ketika dua nama capres itu ditawarkan. Berdasarkan survei, Jokowi meraih elektabilitas 60,2 persen, sedangkan Prabowo hanya meraih 28,7 persen. Sebanyak 11,1 persen belum menentukan pilihan.