Ahad 07 Oct 2018 02:05 WIB

Ganjar Minta Relawan Jateng tak Merepotkan di Lokasi Bencana

Para relawan harus betul-betul siap dan menghitung estimasi waktu dengan perbekalan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Israr Itah
Sejumlah relawan dan prajurit TNI Angkatan Udara memasukkan bantuan ke dalam pesawat jenis CN-295 di Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (11/8).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah relawan dan prajurit TNI Angkatan Udara memasukkan bantuan ke dalam pesawat jenis CN-295 di Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Para relawan BPBD Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang melaksanakan tugas kemanusiaan di wilayah terdampak bencana gempa bumi dan tsunami Sulawesi Tengah diminta menyiapkan diri sebaik mungkin. Ini agar mereka tidak merepotkan orang lain.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ingin para relawan asal daerahnya yang diberangkatkan BPBD Provinsi Jateng merupakan sosok berpengalaman dan memiliki kemampuan yang memadai dalam hal penanganan kebencanaan. Sehingga, ketika berada di lokasi bencana, mereka tidak merepotkan pihak lain, apalagi warga setempat. 

“Saya tekankan, tolong relawan tidak boleh ngerepoti. Kawan-kawan relawan harus punya bekal yang cukup selama proses di sana,” tegas gubernur saat melepas tim relawan kemanusiaan BPBD Jawa Tengah, di Semarang, Sabtu (6/10).

Untuk itu, jelasnya, para relawan harus betul-betul siap dan menghitung estimasi waktu dengan perbekalan yang ada. Selain itu, pemahaman bencana dan pengetahuan tentang penanggulangan bencana di lokasi terdampak gempa bumi di Palu, Sigi dan Donggala juga harus dimiliki.

Hal ini untuk menghindari ketidakmampuan para relawan untuk melaksanakan fungsinya saat dibutuhkan di lokasi bencana. “Kadang banyak relawan datang namun tidak tahu dapat menolong apa dan harus bagaimana, Yang seperti ini pasti bakal ngerepoti,” kata dia.

Artinya, lanjut Ganjar, relawan yang demikian ini merupakan relawan yang datang hanya ‘bawa’ diri sendiri. Di daerah bencana tidak bisa bertahan, tidak punya keterampilan untuk melaksanakan fungsinya atau bahkan sama sekali tidak paham teknisnya.

Belum dengan persiapan yang kurang maka tidak menutup kemungkinan ada relawan yang jatuh sakit. Atau bahkan karena tidak tahu teknisnya serta tidak memahami peta bencana, justru relawan tersebut menjadi korban berikutnya di lokasi bencana.

"Tim ini datang untuk menolong masyarakat di sana dan kehadirannya jangan justru menjadi beban bagi orang lain,” kata Ganjar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement