REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Air bersih menjadi salah satu kebutuhan mendesak bagi pengungsi terdampak gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng). Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menurunkan tim untuk melakukan pengeboran sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, pada tahapan awal, timnya akan melakukan pengeboran di 25 titik. Lokasi pengeboran akan difokuskan di lokasi sekitar pengungsian dan rumah sakit.
“Kami dari hari Sabtu sudah kirim tim untuk penyediaan air di sentra pengungsi dan rumah sakit. Kemarin survei memang mencari pekerjanya di sana sulit, sekarang sudah bergerak dari Mamuju," kata dia saat konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu (3/10).
Menurut dia, saat ini tim sudah melakukan pengeboran di lokasi yang telah ditentukan. Ia mengatakan, penentuan lokasi pengeboran tak hanya terfokus di Kota Palu, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan yang dikoordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Namun, Rudy mengatakan, pengeboran sumur tidak akan langsung selesai dalam cepat. Sebab, kondisi di lapangan masih sulit untuk melakukan pekerjaan. Apalagi, material pengeboran harus didatangkan dari Mamuju.
“Akan tetapi, punya sumur di sana ada empat, akan dicek. Untuk sementara bisa dipasok dari sana, sumur yang existing. Yang 25 masih dalam proses," kata dia.
Menurut dia, lama proses pengerjaan akan sangat tergantung kondisi di lokasi. Ia menargetkan, dalam waktu sebulan semua sumur sudah bisa digunakan dan ditambah lagi. Mengingat, kata dia, lokasi pengungsian berjumlah ratusan.
"Di sana sudah ada dua tim. Dua tim lagi juga sudah berangkat dari Bandung ke Palu," kata dia.