Rabu 03 Oct 2018 14:27 WIB

2.736 Sekolah Terdampak Gempa dan Tsunami di Sulteng

20 ribu guru dan 100 ribu lebih siswa belum bisa melaksanakan proses belajar mengajar

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Andi Nur Aminah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy saat melakukan kunjungan di Kantor Republika, Jakarta, Selasa (2/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy saat melakukan kunjungan di Kantor Republika, Jakarta, Selasa (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbub), Muhadjir Effendi mengungkapkan, tercatat ada 2.736 sekolah terdampak bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Sementara itu, 20 ribu guru atau tenaga pendidik dan 100 ribu siswa yang terdampak, terpaksa belum bisa melaksanakan proses belajar mengajar.

"Sekolah sudah terdata sebanyak 2.736 sekolah yang terdampak, mulai dari hancur total sampai ada kerusakan ringan. Palu dan Donggala, malah lebih banyak di (Kabupaten) Sigi," kata Muhadjir di J-Walk, Sleman, DIY, Rabu (3/10).

Terkait perincian berapa sekolah yang rusak total maupun rusak ringan, ia pun belum bisa memastikannya. Untuk itu, dalam waktu dekat ia akan melakukan pengecekan sendiri ke Sulawesi Tengah.

"Sabtu saya akan ke sana (Sulawesi Tengah) untuk memastikan agar dapat mengecek langsung ke lapangan. Karena hari ini saya harus mewakili Presiden di Yogya, mestinya hari ini saya mau berangkat. Saya akan cek tingkat kerusakannya, kemudian kita prioritaskan untuk kegiatan proses belajar mengajar agar segera dimulai apapun kondisinya," terangnya.

selain itu, terkait dengan jumlah tenaga pendidik yang meninggal, ia pun belum bisa memastikan hal tersebut. Sebab, saat ini proses evakuasi masih terus berjalan. "Masih ada yang harus kita cari termasuk karyawan LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) yaitu UPT unit pelaksana Kemendikbud yang ada di sana (Sulteng) juga masih ada beberapa yang belum kumpul lagi (belum melapor). Sudah ada beberapa yang ketahuan meninggal, ada satu," lanjutnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement