Rabu 03 Oct 2018 08:34 WIB

Korban Bencana Dioperasi Meski Listrik dan Air Sulit

Tindakan operasi, tensi dan pengawasan semuanya dilakukan secara manual.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Ummu Kalsum (64) warga korban bencana gempa bumi dan tsunami menangis saat merawat cucunya Muhammad Fajar (3) di Rumah Sakit Lapangan Yonkes Kostrad, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ummu Kalsum (64) warga korban bencana gempa bumi dan tsunami menangis saat merawat cucunya Muhammad Fajar (3) di Rumah Sakit Lapangan Yonkes Kostrad, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Public Service Center (PSC) 119 Sulawesi Barat dan PSC 119 Palopo, adalah tim kesehatan yang pertama menembus Kota Palu, Sulawesi Tengah melalui darat. Pekerjaan pertama yang mereka lakukan adalah melakukan tindakan operasi di Rumah Sakit Donggala, Sulawesi Tengah meski tidak ada listrik dan air.

Kedua tim PSC 119 itu terdiri atas satu dokter anestesi, satu dokter bedah, satu dokter umum, tiga orang perawat, dan enam orang relawan. Salah satu tim PSC 119 yang juga dokter spesialis anestesi, dr Pandi mengatakan mereka tiba hari Ahad (30/9) pukul 10.00 WITA di Donggala. Sebelumnya, sekitar pukul 8 WITA, tim PSC melakukan pelayanan di pengungsian di Mamuju Utara, dan Donggala.

Saat tiba di Donggala, Pandi menuturkan, mereka harus melakukan tindakan operasi terhadap warga yang tertimpa reruntuhan. “Kami tiba hari Ahad. Operasional di Donggala melayani pasien sampai pukul 13.00 WITA dan di lanjut jam 17.00 WITA melayani pasien yang tertimpa reruntuhan,” kata Pandi seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (3/10).

Pada saat itu kondisinya sedang tidak ada listrik dan air. Namun, operasi harus tetap dilakukan karena jika dibiarkan khawatir akan menyebabkan risiko yang lebih parah.

Pandi mengatakan operasi itu dilakukan secara manual, tensi manual, dan pengawasan manual. Selain itu, cuci tangan menggunakan NaCl, handscrub dan alkohol. Sementara untuk trauma kepala, dan dada dirujuk ke rumah sakit. Pada pengungsi yang mengalami trauma amputasi, dilakukan tindakan operasi dengan anestesi spinal. N Rr Laeny Sulistyawati

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement