Rabu 03 Oct 2018 00:24 WIB

Mulai Pulih, Pelaku Wisata Gili Ingin Sosialisasi Mitigasi

Tingkat kunjungan ke Gili Trawangan saat ini berkisar 700 turis setiap hari.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda NTB bersama TNI, relawan, dan masyarakat menggelar upacara kemerdekaan di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Jumat (17/8).
Foto: dok. Humas Polda NTB
Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda NTB bersama TNI, relawan, dan masyarakat menggelar upacara kemerdekaan di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Jumat (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pelaku industri wisata di Gili Trawangan bersyukur kondisi destinasi wisata di Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air di Kabupaten Lombok Utara, perlahan pulih pascagempa yang melanda sejak akhir Juli hingga Agustus.

General Manager Warna Beach Hotel Rikardus Jumas mengatakan, tingkat okupansi kamar hotel di Gili Trawangan mulai kembali normal. Ia menyebutkan, dari 16 kamar yang dimiliki Warna Beach Hotel, 10 kamar terisi oleh turis dari Jerman, Inggris, dan Australia. Sementara, enam kamar lainnya sedang dalam proses perbaikan pascagempa.

"Memang ada kerusakan, tapi bisa dibilang minim, dari yang saya lihat sekitar 80 persen hotel di Gili Trawangan sudah kembali normal," ujar Rikardus di Mataram, NTB, Selasa (2/10).

Rikardus menyebutkan, tingkat kunjungan wisatawan ke Gili Trawangan saat ini berkisar 650 turis sampai 700 turis setiap hari, atau mengalami penurunan dibanding saat normal yang mencapai 1.000 turis per hari.

"Oktober seperti ini high season, biasanya kalau pas tidak bencana bisa sampai 2.000 turis per hari," lanjutnya.

Meski ada penurunan, hal ini tergolong wajar mengingat dampak gempa yang begitu besar. Namun, ia bersyukur dari ratusan turis yang sudah kembali datang ke gili memiliki rata-rata lama menginap antara dua malam sampai tiga malam.

"Kita bersyukur, karena sebelumnya diprediksi pemulihan bakal lama, malah saat ada isu gempa pada (Ahad) 26 Agustus, itu kosong Gili," ucapnya.

Kerja sama antara Pemkab Lombok Utara dan para pelaku industri wisata di Gili menjadi salah satu kunci dalam proses pemulihan. Dia menyampaikan, Pemkab Lombok Utara meminta para pelaku usaha di gili untuk kembali membuka usahanya pada 25 Agustus, meski belum ada pengunjung.

Ia menambahkan, apel upacara 17 Agustus yang diikuti ratusan orang, mulai polisi, TNI, pelaku industri wisata, dan instruktur diving yang berasal dari AS, Inggris, dan Australia, memberikan pesan kuat kepada dunia luar bahwa gili aman untuk kembali didatangi.

"Dari berbagai upaya ini sampai ke media di Inggris dan akhirnya baru hari ini travel advice untuk tiga gili sudah dicabut," kata dia.

Rikardus mengatakan, tidak ada satu pun warga negara asing (WNA) yang meninggal dunia di gili. Kata dia, ketika gempa terjadi, para wisatawan mancanegara langsung keluar dari bangunan dan menuju ke tanah lapang dan areal pantai. Sementara, warga lokal justru berlarian ke bukit yang ada di Gili Trawangan.

Terdapat perbedaan mencolok antara warga lokal dengan wisman dalam memandang kebencanaan. Menurutnya, wisman sudah memiliki bekal edukasi yang cukup dari negaranya tentang mitigasi bencana.

"Orang barat mereka pikir gempa tidak mematikan, salah satunya cara dengan menghindari konstruksi," ucapnya.

Ia menilai, edukasi dan mitigasi akan bencana masih sangat minim dilakukan pemerintah di Indonesia. Rikardus menyebutkan, hingga saat ini, belum pernah ada sekali pun sosialiasi tentang mitigasi dilakukan pemerintah di Gili Trawangan.

"Tidak pernah sama sekali ada sosialisasi mitigasi bencana dari BPBD. BPBD punya kapasitas untuk memberi sosialisasi seperti seminar sejak dini, edukasi bahwa negara kita ada cincin api, entah bencana gempa, tsunami, dan gunung," katanya menambahkan.

Baca juga, JK Beberkan Perbedaan Penanganan Gempa Lombok dan Sulteng

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement