Senin 01 Oct 2018 16:56 WIB

Pemandu ATC yang Melakukan Aksi Heroik Saat Gempa Dimakamkan

Antonius mempertaruhkan nyawanya untuk memandu pilot Batik Air.

Personel TNI mengevakuasi korban gempa dan tsunami Palu-Donggala saat tiba di Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (1/10).
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Personel TNI mengevakuasi korban gempa dan tsunami Palu-Donggala saat tiba di Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Seratusan taruna Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) bersama pegawai Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav) memberikan penghormatan terakhir kepada Antonius Gunawan Agung sebelum dikebumikan. Antonius meninggal saat menjalankan tugas di menara pengawas.

"Saya mewakili keluarga besar Antonius Gunawan Agung mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang hadir untuk mendoakan kepergian ananda Antonius," kata paman korban, Sambas di rumah duka Jalan Onta Baru Makassar, Senin (1/10).

Pada prosesi sebelum dibawa ke pekuburan di wilayah Antang Makassar, jenazah pemandu lalu lintas udara (Air Traffic Controller/ATC) Anthonius disemayamkan di Gereja Katolik Mamajang, tepat di depan rumah kerabat korban.

Selama hampir dua jam berada di dalam gereja, anggota keluarga masih tidak dapat menahan kesedihannya.  Bahkan kedua orang tuanya yang sejak beberapa hari tiba dari Papua, terlihat mengingat masa-masa kebiasaan yang dilakukan anaknya tersebut sembari memeluk peti jenazah.

Baca juga, Petugas ATC Palu Meninggal Saat Bertugas.

"Maafkan ibu nak, saya sudah tidak bisa garuk-garuk lagi nak," ucap ibu Antonius yang terus berada di sisi peti jenazah anaknya itu.

Sebelumnya, Jumat (28/9) Antonius mempertaruhkan nyawanya untuk memandu pilot Batik Air ID 6231 yang akan terbang dari Palu menuju Makassar. Antonius baru melompat keluar dari jendela setelah memastikan pesawat Batik Air telah lepas landas dengan selamat.

Pada saat gempa terjadi, personel AirNav lainnya yang tidak sedang melayani kemudian turun saat gempa terjadi, namun Agung belum dapat turun karena pesawat belum tinggal landas.

Dia menunggu pesawat Batik hingga terbang penuh. Setelah pesawat dalam kondisi terbang penuh, dampak gempa sudah semakin kuat, dan dia memutuskan melompat dari cabin tower (lantai empat) sehingga kakinya patah.

Personel AirNav di Palu kemudian membawanya ke rumah sakit, yang kemudian merujuknya ke rumah sakit yang lebih besar karena ada indikasi luka dalam.

AirNav berupaya untuk mendatangkan helikopter dari Balikpapan untuk membawa Agung ke rumah sakit yang lebih besar. Namun karena kondisi bandara, helikopter baru dapat diterbangkan pagi ini.

Agung rencananya dibawa ke bandara untuk diterbangkan dengan helikopter menuju Balikpapan. Namun sebelum helikopter tiba, dia sudah meninggal dunia.  Jenazah petugas ATC lahir di Abepura pada 24 Oktober 1996 dan telah disemayamkan di rumah kerabanya di Makassar dan selanjutnya akan dimakamkan sesuai dengan permintaan pihak keluarga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement