Senin 01 Oct 2018 15:35 WIB

Kemenhub Terbitkan Empat Izin Penerbangan Komersial ke Palu

Pengangkutan penumpang akan dialihkan dengan kapal.

Red: Nur Aini
Warga antre untuk dievakuasi menggunakan pesawat Hercules di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warga antre untuk dievakuasi menggunakan pesawat Hercules di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan telah memberikan empat izin terbang untuk pesawat komersial dari dan ke Palu.

"Dari 15 slot yang tersedia, baru memberikan empat, masing-masing yang dipakai itu satu slot," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/10).

Empat slot yang sudah diberikan itu, di antaranya Garuda Indonesia satu slot, Wings Air dua slot, Nam Air, dan My Indo masing-masing satu tapi berbalik ke bandara asal atau round to base. Sementara itu, 15 izin terbang yang diajukan, di antaranya Nam Air tujuh penerbangan, Wings Air empat penerbangan, Garuda Indonesia dua penerbangan, dan My Indo dua penerbangan.

Budi mengatakan banyak maskapai yang sudah berjanji kepada penumpang akan mengangkut mereka, namun izin terbangnya terbatas. Untuk itu, dia mengalihkan penerbangan dengan pengangkutan melalui kapal karena bisa mengangkut lebih banyak.

"Kalau dengan pesawat itu 2.000 penumpang seharian, sementara dengan kapal 2.000 orang sekali angkut," katanya.

Dalam kesempatan sama, Direktur Kebandarudaraan Kemenhub Polana Pramesti mengatakan jenis pesawat yang baru bisa masuk ke Bandara Mutiara SIS Al Jufri, yaitu jenis pesawat ATR dan pesawat berbadan sedang. Namun seri classic karena keterbatasan landasan pacu yang hanya bisa digunakan sepanjang 2.000 meter.

Navigasi penerbangan pun, kata dia, masih menggunakan visual (visual flight rules) karena keterbatasan aliran listrik. "Karena kita nggak ada listrik, genset terbatas, sedang diusahakan perbantuan peralatan oleh Airnav dari bandara sekitar," katanya.

Sementara itu, Polana mengatakan penerbangan asing belum diizinkan karena kondisi saat ini masih sangat sensitif dan diutamakan bantuan-bantuan dari dalam negeri.

"Yang jelas asing mau mengerahkan logistik bantuan. Tapi belum diizinkan karena ini sangat sensitif, ini pengalaman di Aceh kalau penerbangan asing kita batasi agar nasional bisa mengatasi sendiri," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement