Kamis 27 Sep 2018 06:13 WIB

Jimly: Jangan Terpecah Hanya karena Beda Pilihan Politik

Tugas kaum cendekiawan sangat penting untuk memperkuat rasa persatuan umat.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie memberikan paparanya saat acara Diskusi Dialektika ICMI di Kantor Pusat ICMI, Jakarta, Rabu (11/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie memberikan paparanya saat acara Diskusi Dialektika ICMI di Kantor Pusat ICMI, Jakarta, Rabu (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se- Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqe berpesan agar tidak berpecah belah hanya gara-gara berbeda pilihan politik pada pemilu legislatif dan pemilihan presiden 17 April 2019. Potensi perbedaan cukup besar mengingat saat ini sudah memasuki tahun politik.

“Pilpres sekarang menjadi sorotan, potensi terbelah dukungan sangat mungkin. Saya berpesan jangan terpecah belah karena beda pilihan (politik),” kata Jimly Asshiddiqie ketika membuka Konsolidasi Pemantapan dan Persiapan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) ICMI ke-28 di Bandar Lampung, Rabu (26/6).

Menurut dia, untuk mengatasi hal tersebut tugas cendikiawan menjadi sangat penting untuk saling memperkuat rasa persatuan antarumat. Meskipun anggota ada yang politisi, namun secara kelembagaan ICMI harus netral dalam  mempersatukan umat dan bangsa ini.

Selain itu, penyelenggara KPU dan dan Bawaslu hendaknya juga bekerja secara profesional sesuai aturan,agar potensi umat dan bangsa terpecah belah semakin sempit, karena masing-masing tugas lembaga berjalan sesuai dengan koridornya.

Menurut dia, organisasi ICMI yang berisi cendikiawan dan kaum intelektual, berpikir dengan melihat jangka panjang. Sedangkan politisi berpikir ikut yang menang dan lima tahunan saja. “Kita berpikir jangka panjang untuk saling menjaga negeri ini," katanya.

Saat memberikan kulaih umum di hadapan mahasiswa baru Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Jimly menekankan arti pentingnya hidup berbangsa dalam bernegara serta memiliki karakter dalam jiwa anak bangsa. Kepada mahasiswa baru dan mahasiswa lama, ia meminta untuk mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Menurutnya, wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa untuk mengetahui dan memahami prisip-prinsip dasar negara. Dalam prinsip tersebut masyarakat perlu menghayati arti Bineka Tunggal Ika sebagai lambang pemersatu bangsa.

“Sebagai anak bangsa Indonesia, kita patut menghargai apa yang telah diperjuangkan para pendahulu yang telah memerdekakan bangsa. Melalui kuliah umum ini mari kita jaga bersama rasa persatuan bangsa dalam bingkai negara Reprublik Indonesia,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement