REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wali Kota Mataram Ahyar Abduh berharap dana bantuan stimulan dari pemerintah pusat untuk pembangunan rumah warga terdampak gempa bisa segera terealisasi. Meski tidak separah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur, Kota Mataram juga terdampak gempa dengan kerusakan rumah warga mencapai 4.446 rumah, sembilan meninggal dunia, dan 63 warga mengalami luka-luka.
"Ya saya maunya cepat, ini sudah lebih sebulan. Semua sudah kita inventarisasi dan laporkan, mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah pusat," ujar Ahyar di Gedung DPRD NTB, Jalan Udayana, Mataram, NTB, Senin (24/9).
Ia menilai, penanganan pascagempa harus jadi perhatian dan prioritas yang mendesak mengingat masih banyak warga yang tinggal di tenda pengungsian. Mengingat belum cairnya dana bantuan rumah dari pemerintah pusat, Pemkot Mataram mengambil kebijakan membangunkan hunian sementara (huntara) dengan nama rumah singgah untuk warga terdampak gempa.
"Saya tidak bisa menunggu pemerintah pusat, jadi mana kebijakan yang bisa saya lakukan, saya lakukan, misal saya sudah lakukan pembersihan di rumah terdampak, sudah bersih dan bangunkan rumah singgah sebagai rumah sederhana karena kita khawatir pada musim hujan ini," lanjutnya.
Ahyar menyebutkan, dana rumah singgah diambil dari dana bantuan yang diberikan para donatur dan pemda lain kepada Mataram dengan menggunakan bahan baku seperti bambu dan terpal. Pembangunan rumah singgah akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahap awal, Pemkot Mataram memprioritaskan pembagunan rumah singgah kepada 1.600 rumah warga yang mengalami rusak berat karena gempa.
"Ini sambil menunggu dana dari pusat yang senilai Rp 50 juta sudah bisa masuk rekening dan bisa kita eksekusi. (Rumah singgah) sederhana yang penting warga bisa nyaman sementara kita menunggu bantuan pemerintah pusat," katanya menambahkan.
Baca juga, Dana Bantuan Gempa Lombok Sudah Tuntas Pencairannya
Baca juga, Mengapa Bantuan Gempa Lombok Belum Bisa Dicairkan?