Kamis 20 Sep 2018 10:51 WIB

Snouck Hurgronje: Dari Dicerca Hingga Dipuja

Snouck Hurgronje adalah simbol agen rahasia di bidang agama yang legendaris.

Snouck Hurgronje di Jeddah  tahun 1884.
Foto: gahetna.nl
Snouck Hurgronje di Jeddah tahun 1884.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Sebuah nama pada zaman kolonial Belanda, menjelang kampanye pilpres kini mendadak menjadi sangat terkenal Apalagi bagi kalangan umat Islam setelah ribut dan berdebat soal definisi apa ulama. Ada pihak yang menggariskan bahwa ulama adalah orang berilmu tak sebatas ilmu agama. Ada juga pihak yang mensyarakatkan secara ketat bahwa ulama utu harus orang yang paham agama, bahkan ada yang lebih ‘rigid’ lagi harus punya pesantren.

Maka kemudian berhembuslah ujaran: Kalau dasarnya hanya penguasaan ilmu, Snouck Hurgronje pun layak disebut ulama.

Atas polemik ini, maka ingatan tiba-tiba teringat pada tulisan dari seorang jurnalis senior, Setyardi. Beberapa waktu silam dia pernah menulis secara ‘ciamik’ soal sosok Snouck Hurgronye. Isi tulisannya begini:

Ilmu pengetahuan tak selalu sejalan dengan kesejatian. Tak semua orang berilmu pasti berniat mencapai maqam kebenaran hakiki dalam kehidupannya. Namun, ada juga bahkan cukup banyak, orang yang serius mencari ilmu dengan tujuan duniawi semata.

Malahan sudah yang menjalankan praktik ada yang untuk dijadikan senjata menghancurkan lawan politik. Barangkali itulah yang saya pahami tentang Snouck Hurgronje [1857 - 1936].

Snouck Hurgronje adalah intelektual Belanda, yang keluarga besarnya berdarah Yahudi. Tapi kemudian mereka berasimilasi, dan menjadi Protestan yang taat. Ayahnya, Christian de Visser, seorang Pendeta. Sedangkan kakek dari pihak Ibunya, DS. J. Scharp, adalah penginjil di Rotterdam yang mengarang "Korte schets over Mohammed en de Mohammedanen handleiding voor de kwekelingen van het Nederlanche zendelinggenootscap" --- Sketsa Tentang Muhammad dan Pengikut Muhammad, Buku Pegangan Wajib Para Penginjil Belanda.

photo
Snouck Hurgronye mengenakan baju dingin dan payung. (foto wikimedia).

Snouck Hurgronje adalah simbol agen rahasia di bidang agama yang legendaris. Dia mempelajari Islam secara serius, untuk menjalankan misi rahasia dari Pemerintah Belanda. Agar bisa masuk ke Tanah Suci Makkah, pada 16 Januari 1885, dia mengucapkan syahadat di depan Hakim Agama di Kota Jeddah.

Dia pun berganti nama menjadi "Abdul Ghafar". Tapi itu muslihat belaka. Pada tanggal yang sama, dia mengirim surat ke sahabatnya, Gold Ziher, Teolog Hongaria:

"Ich habe einen einfachen weg gefunden, der mir Insha' Allah die thore der H stadt entschliessen wird. Ganz ohne ihzaar oel Islam geht dast naturlich nich" --- saya telah menemukan pintu gerbang kota suci, Mekkah, itu. Tanpa sikap ihzarul Islam, berpenampilan atau berpura-pura menjadi Islam, saya tak bisa masuk ke sana. [Surat ini sekarang disimpan di Akademi Ilmu Pengetahuan di Budapest, Hongaria].

Setelah masuk ke Kota Suci Makkah, berguru pada beberapa ulama, dan bergaul dengan banyak tokoh dari Hindia Belanda [Nusantara], yang tengah menunaikan ibadah haji, Snouck Hurgronje membuat laporan dan saran untuk Pemerintah Kolonial Belanda. Sebab, Belanda memahami bahwa kesadaran "jihad" menjadi landasan utama kaum pribumi melawan Penjajah Belanda.

Dan salah satu keberhasilan Snouck adalah melumpuhkan perlawanan rakyat Aceh.

Hal ini secara khusus diminta Pemerintah kolonial Belanda karena kewalahan menghadapi militansi pejuang Aceh. Saran Snouck soal Aceh dibuat dalam tulisan panjang berjudul 'Atjeh Verslag', yang belakangan sebagian tulisan diterbitkan menjadi buku 'De Atjeher'.

Dalam laporan itu terungkap bahwa Snouck secara prinsip meminta Belanda mengubah strategi perang kontra gerilyawan. Snouck berpendapat politik pecah-belah [devide et impera] justru akan lebih efektif untuk menaklukan Aceh.

Barangkali inilah yang dimaksud Julien Benda [1867 - 1956], filsuf Prancis yang keren itu, dalam karyanya "La Trahison des Clercs" sebagai Penghianatan Kaum Cendekia!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement