Kamis 20 Sep 2018 09:48 WIB

Kebakaran Lahan di Bantul Meningkat Signifikan

Jumlah kebakaran di Bantul meningkat hampir 25 persen.

Red: Nur Aini
Ilustrasi kebakaran lahan.
Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Ilustrasi kebakaran lahan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan kejadian kebakaran lahan di wilayah setempat pada musim kemarau 2018 sebagian besar terjadi di empat kecamatan.

"Kebakaran itu sebagian besar pada lahan dan pekarangan, kejadiannya paling banyak terjadi di daerah Dlingo, Imogiri, Kretek, dan Piyungan itu sering terjadi terutama lahan," kata pelaksana tugas (plt) Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto di Bantul, Kamis (20/9).

Menurut dia, sepanjang 2018 sejak Januari sampai pertengahan September telah terjadi kebakaran di Bantul sebanyak 110 kejadian. Tren kebakaran pada musim kemarau itu mayoritas menimpa lahan dan pekarangan yang ditumbuhi tanaman.

Empat kecamatan tersebut menjadi daerah yang paling dominan terjadi kebakaran lahan karena terdapat hutan rakyat maupun pekarangan yang luas. Selain itu, daerah tersebut berada di daerah dataran tinggi. "Karena memang masih banyak lahan, hutan rakyat masih banyak, kemudian lahan tebu masih banyak dan ini yanh sebabkan kebakaran lahan rawan terjadi di daerah itu," ujarnya.

Bahkan, dia menyebutkan kejadian kebakaran selama hampir sembilan bulan di 2018 yang mayoritas menimpa lahan itu angkanya naik signifikan dibanding kejadian kebakaran selama 2017. "Kalau dari tingkat kejadian dibandingkan tahun 2017 meningkat sangat tajam, hampir 25 persen peningkatan, padahal ini baru pertengahan September belum sampai Desember, tentu ini sangat memprihatinkan," ujarnya.

Ia mengatakan, kebakaran itu disebabkan ada pemantik api. Kebiasaan masyarakat selama ini yang masih sering membakar sampah dan ditinggal pergi begitu saja, sehingga api merembet ke lahan sekitarnya. "Salah satu faktor penyebab banyak kejadian kebakaran lahan dan pekarangan itu akibat pembakaran sampah, masyarakat membakar sampah tidak dilokalisir dan didiamkan sehingga api itu menyebar kemana-mana, ini faktor utama," ujarnya.

"Api itu kalau kecil bersahabat, namun kalau besar bisa menjadi musuh, pemahaman ini yang terus kita sosialisasikan, kebakaran pasti ada penyebabnya, yaitu api yang ditinggal pergi," kata dia menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement