REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres), Prof KH Ma'ruf Amin (KMA) selama ini telah berjuang di jalur kultural sebagai seorang ulama untuk membangun bangsa ini. Kini, Kiai Ma'ruf berharap bisa dipercaya untuk hijrah ke jalur struktural mendampingi Presiden Joko Widodo di pemerintahan yang akan datang.
Hal ini disampaikan Kiai Ma'rut saat berdialog dengan para tokoh, ulama dan pimpinan organisasi masyarakat se-propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) di Grand Aceh Hotel, Banda Aceh, Rabu (19/9) malam. Dalal pertemuan itu, Kiai Ma'ruf meminta restu para tokoh masyarakat Aceh tersebut agar berkenan mendukungnya di Pilpres 2019 nanti.
"Meski saya tak tiap hari teriak Allahu Akbar, tapi dalam keseharian saya, membawa isinya Allahu Akbar. Karena itu saya berharap masyarakat percaya, insya Allah saya bisa dipercaya untuk hijrah dari jalur kultural ke jalur struktural," ujar Kiai Ma'ruf.
Pertemuan itu dihadiri para Pengurus PWNU NAD, pimpinan Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), pimpinan Inshafuddin Aceh, pimpinan Persatuan Tarbiyah Islam (PERTI) dan sejumlah pimpinan partai koalisi pengusung pasangan Jokowi-Makruf.
"Selama bergerak di jalur kultural saya berusaha melakukan himayatul ummat. Ketika nanti terpilih jadi Wapres pun saya akan tetap berupaya melaksanakan tugas itu," ucap Kiai Ma'ruf.
Kiai Ma'ruf mengatakan bahwa himayatul ummat atau menjaga umat, tidak hanya berarti menjaga umat dari aqidah dan cara berpikir yang menyimpang. Tetapi juga bagaimana menjaga agar umat tidak terjebak dalam kemiskinan dan mengurangi kesenjangan ekonomi di Indonesia.
Karena itu, Kiai Ma'ruf selalu mengusung gagasan arus baru ekonomi Indonesia untuk maju sebagai Cawapres pada Pilpres 2019 mendatang. Melalui konsep itu, Kiai Ma'ruf yakin akan bisa mengatasi kesenjangan ekonomi.
"Membangun ekonomi yang lemah tanpa melemahkan yang kuat. Membangun kemitraan dan membawa kesejahteraan bagi warga Indonesia," kata Rais Aam PBNU ini.