REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis dan kelangkaan air bersih di Lombok masih menjadi permasalahan pascagempa yang terjadi Juli dan Agustus lalu. Ratusan ribu keluarga penyintas gempa masih merasakan dilema akibat rumah mereka yang hancur dan air bersih yang masih langka.
Koordinator Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk distrubusi air bersih di Lombok Diding Fachrudin menyatakan kondisi krisis air ini terjadi hampir di semua tempat. Utamanya kecamatan-kecamatan yang terdampak gempa di Lombok Utara.
"Laporan dari tim kami di wilayah Sembalun, Lombok Timur, kondisinya jauh lebih parah. Ada satu dusun yang tidak memiliki sumber air bersih sama sekali. Air bersih sangat langka di semua lokasi terdampak gempa," ujar Diding dikutip dari situs resmi ACT, Rabu (19/9).
Pemicu dari kelangkaan air bersih ini adalah banyaknya sumber air bersih yang rusak pascagempa. Banyak desa yang dulunya berlimpah pasokan air bersih karena lokasinya di lereng Rinjani, kini harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan air bersih.
Kebanyakan pipa air yang dimiliki warga untuk mengalirkan air bersih terkena reruntuhan rumah. Keran air mereka pun ikut hancur. Sementara sumber mata air seperti sumur-sumur juga tertimpa reruntuhan.
Untuk beberapa lokasi terdampak gempa di lereng gunung, sumber airnya terkena longsotan tanah atau bebatuan. Masalah krisis air ini menjadi sangat kompleks.
Sembari melakukan pembangunan hunian pengganti maupun sementara, masjid, dan sekolah serta taman bermain, ACT pun memberi perhatian bagi masalah krisis air bersih ini. Setiap harinya distribusi air bersih dilakukan di belasan posko wilayah ACT. Pembagian air bersih disebar dari wilayah Lombok Barat, Utara, dan Timur.
"Dari 10 unit posko wilayah dan 56 posko unit yang ada, kita sama-sama bergerak menuju tiap dusun atau wilayah terdampak gempa untuk mendistribusikan air bersih. Kita menggunakan truk tangki yang berisi puluhan ribu liter air bersih untuk membagikan air bersih itu," kata Diding.
Senin (17/9) lalu tim mengirimkan air bersih ke Dusun Sambik Jengkel Barat, Desa Selengan, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara. Salah satu relawan ACT Jessa Dara Matini memantau proses distrubusi air ini.
"Lokasi ini juga merupakan tempat pembangunan family shelter ACT dan masjid darurat. Setelah itu kita bergerak ke Dusun Montong Gedeng, Desa Gumantar, Kacamatan Kayangan," ujar Jessa.
Di hari yang sama, distribusi air juga berlangsung di Kecamatan Bayan. Dusun Lendang Mamben, Desa Anyar, Kecamatan Bayan disebut sebagai salah satu lokasi yang mengalami kelangkaan air bersih.
Di lokasi ini tim ACT mengirinkan 4.400 liter air bersih. Warga pun berbondong-bondong membawa jeriken atau bak penampungan air mereka yang mulai mengering.
Ada satu cerita sedih saat distribusi air bersih dilakukan di Dusun Bawah Nao, Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Tim distribusi air bersih di Sembalun menyebut dusun ini sebagai lokasi paling kritis air bersih di Lombok Timur.
"Di Bawah Nao, kita tidak menemukan sumber air bersih sama sekali. Dusun ini sangat-sangat mengalami krisis air bersih," ujar relawan ACT Marero Adi.
Adi pun menyebut saat tim pertama kali mendatangi lokasi pada Ahad (16/9), mereka harus melakukan perjalanan bolak-baluk 10 kali dalam sehari. Ini untuk memasok air bersih dengan total 50 ribu liter.