Kamis 13 Sep 2018 16:56 WIB

Golkar Respons Soal Terancam Jadi Partai Papan Tengah

Partai Golkar akan menjadikan hasil survei tersebut sebagai motivasi untuk bangkit.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus berbicara kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (4/9).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus berbicara kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F Paulus menanggapi survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut Golkar terancam menjadi partai papan tengah pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Lodewijk mengatakan, partainya akan menjadikan hasil survei tersebut sebagai motivasi untuk bangkit pada Pemilu 2019.

"Itu menjadi pecut agar kami bangun, bangun menyikapi hasil survei tersebut. Kami harapkan ini jadi cambuk bagimana perolehan kami tidak menurun, tetapi meningkat," ujar Lodewijk seusai memberi arahan di Workshop dan Bimtek Caleg Partai Golkar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (13/9).

Ia juga menekankan kepada caleg Golkar agar hasil survei itu dijadikan pelajaran untuk tidak melakukan tindakan koruptif. Sebab, ia tak memungkiri menurunnya elektabilitas Golkar karena hilangnya kepercayaan masyarakat kepada para kader yang korupsi.

"Ya, mari menjadi pecut buat kita supaya tidak melakukan tindakan koruptif. Kalau ada tindakan koruptif, pasti merugikan partai," katanya.

Namun, Lodewijk meyakini survei tidak dapat dijadikan alasan utama Golkar menatap Pileg 2019. Lodewijk masih optimistis dengan tradisi kekuatan Partai Golkar yang bertumpu pada jaringan kader Golkar di Indonesia.

"Secara tradisional kekuatan Golkar bukan (ditentukan) di situ (survei), bukan diwakili 1.200 orang, tapi kekuatan Golkar ada di jaringan," ujar Lodewijk.

Karena itu, wakil ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu mengatakan kekuatan jaringan tersebut yang ingin dijaga Partai Golkar. Dalam arahan kepada seluruh caleg Partai Golkar, ia menekankan agar menjaga pemilih setia Golkar.

Kasus korupsi yang menjerat Partai Golongan Karya (Golkar) dinilai membuat elektabilitas partai langganan juara di era Orde Baru (Orba) turun. Bahkan, Golkar terancam menjadi partai papan tengah pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.

Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Golkar menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 hanya mencapai 11,3 persen. Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan, saat ini elektabilitas Golkar berada di posisi ketiga, jauh di bawah PDIP 24,8 persen dan Partai Gerindra 13,1 persen.

"Posisi Partai Golkar saat ini akan menjadi yang terburuk dalam sejarah pemilu Partai Golkar di era reformasi," kata dia di kantor LSI, Jakarta Timur, Rabu (12/9).

Adjie mengatakan, Golkar merupakan partai besar sejak Orba. Tak hanya itu, ia menambahkan, sejak reformasi, Golkar masih diperhitungkan karena memiliki pengalaman yang matang. 

Dalam empat pemilu sebelumnya, Golkar selalu dapat meraih posisi dua besar. Pada Pemilihan Umum Legistlatif (Pileg) 1999, Golkar meraih 22,4 persen suara, 21,6 persen suara pada 2004, 14,5 persen pada 2009, dan 14,8 persen pada 2014. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement