Kamis 13 Sep 2018 16:54 WIB

Warga Jakarta Dikepung Sungai Penuh Limbah

Sekitar 70 persen limbah berasal dari rumah tangga

Rep: Farah Noersativa/ Red: Karta Raharja Ucu
Salah satu rumah yang membuang sampah ke aliran Sungai Ciliwung di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta, Jumat (7/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Salah satu rumah yang membuang sampah ke aliran Sungai Ciliwung di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta, Jumat (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam tiga tahun terakhir warga Jakarta dihadapi dengan memburuknya kondisi air sungai di Ibu Kota. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, kondisi kualitas air sungai DKI Jakarta mengalami perubahan. Dia menyebut, jumlah sungai tercemar berat di DKI Jakarta semakin meningkat.

"Jadi, kondisi kualitas air sungai DKI Jakarta, saya dapat data dari 2014 sampai 2017, itu memang mengalami perubahan cukup signifikan," ucap Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (12/9).

Anies menjelaskan, jumlah sungai yang memiliki status tercemar ringan mengalami penurunan dari 23 persen pada 2014 menjadi 12 persen pada 2017. Lalu, jumlah sungai yang tercemar sedang juga mengalami penurunan dari 44 persen pada 2014 menjadi 17 persen pada 2017.

Sungai dengan status tercemar ringan yang mengalami penurunan, kata Anies, bukan disebabkan kualitas sungai yang semakin bersih, melainkan karena kondisi sungai mengalami kualitas yang memburuk menjadi tercemar berat. "Jadi, selama 2014, 2015, 2017, kita mengalami peningkatan sungai yang mengalami pencemaran berat dari 32 persen menjadi 61 persen," ujar Anies.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun menurut Anies memiliki perencanaan penanganan sungai-sungai yang mengalami pencemaran berat. Hal itu, diawali dengan penyusunan roadmap atau pemetaan rencana penanganan itu.

photo
Anak-anak bermain di aliran Sungai Ciliwung yang tercemar oleh sampah di kawasan Kebon Baru, Tebet, Jakarta, Jumat (7/9).

Mantan menteri pendidikan ini menyebut, pekerjaan utama perihal penanganan sungai di Jakarta bukanlah mengenai estetika sungai. Namun, lanjut Anies, hal yang terpenting adalah penanganan sungai dengan mengembalikan kondisi sungai menjadi ekosistem yang alamiah.

Dengan ekosistem yang alamiah satwa-satwa pun dapat kembali berhabitat di sungai. "Kalau satwa bisa berada di sungai artinya sungai itu sehat, bersih. Nah, itulah yang disebut sebagai sungai yang alamiah, sungai-sungai yang natural. Kita akan dorong ke sana," kata Anies.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan kualitas air sungai yang diteliti dari sejak 2014 hingga 2017 memburuk. Wakil Kepala DLH DKI Jakarta Ali Maulana Hakim mengatakan 60 persen sampel air sungai di Jakarta tercemar berat.

“Dari (tahun) 2014 sampai 2017 memang ada, khusus untuk yang tercemar berat itu ada peningkatan di 2016 ke 2017. Prosentasenya sudah sampai 60 persen tercemar beratnya,” ungkap Ali kepada Republika.co.id, Rabu (12/9).

photo
Gubernur DKI Jakarta Anies BAswedan.

DLH, kata dia, sudah berupaya menangani sungai-sungai yang mengalami status tercemar berat. Upaya itu antara lain dengan melakukan pembersihan sampah yang ada di sepanjang wilayah sungai di DKI Jakarta.

Namun, dia menyadari permasalahan pencemaran air sungai bukan dikarenakan permasalahan sampah semata. Melainkan, permasalahan utamanya adalah mengenai kandungan dalam air yang berdampak pada kualitas air.

“Tetapi kita bicara limbah dan kualitas air. Yang saya bilang tercemar berat itu kualitas airnya. Kalau secara kasat mata memang bersih. Tetapi kandungannya, ada beberapa parameter itu, terutama misalnya bakteri e-coli, sering ditemukan berjumlah tinggi,” kata dia.

Ali mengungkapkan setiap tahun DLH Jakarta menguji kualitas air 20 sungai, termasuk anak sungai dan percabangannya. Dari seluruh wilayah itu, ada 90 titik sampel yang tersebar untuk dilakukan pengujian.

Dari data yang dihimpun Republika.co.id, tercatat pada 2014, angka 32 persen sungai di Jakarta statusnya tercemar berat. Angka prosentase itu meningkat menjadi 43 persen pada 2015. Pada 2016 angka prosentase itu tercatat kembali mengalami peningkatan menjadi 60 persen, dan meningkat menjadi 61 persen pada 2017.

DLH Jakarta, kata dia, menemukan fakta adanya perubahan kualitas air dari 13 sungai di Jakarta. Dia mencontohkan, aliran air Sungai Ciliwung yang masuk dari daerah Kota Depok ternyata sudah tercemar ringan.

"Jadi dari masuknya saja sudah tercemar ringan. Jadi beberapa lokasi masuknya aliran sungai ini, atau inlet-nya itu memang sudah tercemar ringan,” ungkap dia.

Pencemaran utama terhadap sungai-sungai di Jakarta 70 persen berasal dari limbah rumah tangga dan juga limbah industri.

Ia mengatakan, masyarakat memiliki kebiasaan buruk mengenai pembuangan limbah ke saluran. Hal itu tercermin dari pembuatan saluran yang dibuat menyatu dan tidak di pisahkan.

"Semuanya, buang (limbah) itu ke saluran. Sementara saluran kita, itu tidak terpisah antara saluran air bersih dan saluran air kotor. Semua nyampur kan jadi satu. Itu semua larinya ke sungai. Apalagi, rumah-rumah langsung ke saluran," kata Ali.

Dia mengatakan, limbah dari perkantoran juga menyumbang pencemaran terhadap sungai-sungai yang ada di Jakarta. Mengenai hal itu, pihaknya pernah melakukan inspeksi mendadak (sidak) terhadap gedung- gedung yang ada di sepanjang Sudirman-Thamrin bersama Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu.

"Yang di Sudirman-Thamrin itu kan ada 80 gedung. Kemudian, dilanjut lagi kemarin, ini masih proses, di Jakarta Utara dan Jakarta Barat juga masih proses dan masih lanjut," kata dia.

Pencemaran Berat Sungai di Jakarta

2014= 32 persen

2015= 43 persen

2016= 60 persen

2017= 61 persen

Sumber: Dinas LH DKI Jakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement