REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW) menanggapi hasil survey LSI Denny JA yang menyebut bahwa PDI Perjuangan berpeluang menang pada Pileg 2019 mendatang. Menurut Hidayat, bagi PKS hasil survei bukanlah kitab suci.
"Survei beliau bukan kitab suci, karena dia sudah mengalami sendiri bagaimana kadang-kadang tidak akurat, survei tentang Pilgub DKI tidak akurat, survei tentang Pilgub Jawa Barat tidak akurat, survei tentang Pilgub Jawa Tengah juga tidak akurat jadi kita posisikan survei adalah survei," ujar Hidayat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (13/9).
Kendati demikian ia menganggap hasil survei tersebut hanyalah sebagai masukan untuk PKS di era demokrasi tanpa harus memandang hasil tersebut sebagai suatu hasil final. Ia pun menegaskan bahwa kedaulatan pemilu pemilu ada di tangan raykyat, bukan lembaga survei.
"Kalau survei memposisikan sebagai pengambil kedaulatan rakyat ya nggak perlu ada pemilu, negara juga sangat hemat, rakyat tidak perlu repot, kami para partai politik juga tidak perlu repot kampanye dan sebagainya," jelasnnya.
Dalam hasil survei LSI Denny JA diketahui posisi PKS berada di posisi ke-6, berada di antara Partai Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Menanggapi hasil tersebut Hidayat menilai hal tersebut akan dijadikan PKS sebagai sebuah masukan tanpa harus dilebih-lebihkan hasil survei.
"Kami mempunyai tolok ukur untuk kemudian kami memaksimalkan yang akan kami maksimalkan, mana harus kami kuatkan lagi," imbuhnya.
Sebelumnya hasil survei lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyatakan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan berpotensi memenangi Pemilu Legislatif 2019. Survei LSI ini digelar pada 12-19 Agustus 2018 dengan metode multistage random sampling melibatkan 1.200 responden.
"PDI Perjuangan berpotensi pertama kali menang pemilu legislatif dua kali berturut-turut," kata Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dalam rilis survei di Jakarta, Rabu (13/9).