Rabu 12 Sep 2018 15:39 WIB

Penyebab PBB Belum Bisa Gabung ke Koalisi Prabowo-Sandi

Kubu Prabowo-Sandiaga belum memberikan respons atas masukan dan keinginan dari PBB.

Rep: Ali Mansur/ Red: Ratna Puspita
Ketua Bidang Pemenangan Presiden Partai Bulan Bintang (PBB), Sukmoharsono, di Kantor Bawaslu, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (19/10). PBB merupakan salah satu parpol yang pendaftarannya tidak diterima oleh KPU sebagai calon peserta Pemilu 2019.
Foto: Republika/Dian Erika Nugraheny
Ketua Bidang Pemenangan Presiden Partai Bulan Bintang (PBB), Sukmoharsono, di Kantor Bawaslu, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (19/10). PBB merupakan salah satu parpol yang pendaftarannya tidak diterima oleh KPU sebagai calon peserta Pemilu 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Pemenangan Partai Bulan Bintang (PBB) Sukmo Harsono menjelaskan alasan partainya belum bergabung dengan koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Hingga kini, ia mengatakan, kubu Prabowo-Sandiaga belum memberikan respons atas masukan dan keinginan dari PBB.

Sukmo menjelaskan partainya sempat melakukan komunikasi dengan Partai Gerindra yang diwakili oleh Sandiaga Uno dan Ferry Juliantono. Pertemuan itu tidak hanya dihadiri oleh jajaran DPP PBB, melainkan juga Majelis Syura dan Mahkamah Partai.

Pada pertemuan tersebut, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra sudah menjelaskan berbagai langkah jika bergabung dengan Prabowo-Sandiaga. Bahkan, ada masukan dari Majelis Syura PBB Ms Kaban.  

Ia menjelaskan pembahasan terkait kerjasama dalam pemilihan legislatif (pileg), mekanisme saling mendukung agar PBB bisa lolos ambang batas parlemen atau parliamentary thereshold sebesar empat persen. Selain itu, pemetaan daerah pemilihan (dapil) agar saling menguatkan sesama anggota koalisi. 

“Dalam kesempatan tersebut, Sandi belum bisa memberikan jawaban atas hal hal yang dipertanyakan oleh PBB," kata Sukmo saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (12/9).

Karena itu, ia mengatakan, rencana pertemuan PBB dan kubu Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin merupakan hal yang wajar. Pertemuan itu untuk keinginan Jokowi sekaligus kesempatan PBB menjelaskan posisi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. 

Dalam pertemuan dengan Jokowi, PBB juga akan membahas hal yang sama seperti saat bertemu Sandiaga Uno. Ia mengatakan hal-hal tersebut merupakan kewajaran sebagai imbas PBB mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. 

“Karena akan aneh jika PBB all out dukung paslon tetapi sementara caleg PBB di dapil yang dihabisi dan tidak dapat kursi," kata Sukmo.

Ia menambahkan pertemuan dengan Jokowi tidak akan langsung menghasilkan kesimpulan mendukung Jokowi-Ma’ruf. Ia mengatakan Yusril akan membawa hasil pertemuan itu ke dalam rapat dengan Majelis Syura untuk diputuskan arah dukungan. 

Selain pembahasan dengan internal partai, PBB juga mempertimbangkan ijtima’ ulama jilid II. Jika nantinya sudah diputuskan, ia mengatakan, PBB akan menjelaskan kepada kader dan calon anggota legislatif (caleg) untuk mengerahkan daya memenangkan capres-cawapres yang didukung.

Baca Juga: Merapat ke Jokowi, Upaya Yusril Menjaga Eksistensi PBB

Karena itu, PBB berharap ijtima’ ulama jilid II segera digelar. Apalagi, ia menambahkan, waktu kampanye sudah dekat. “Sebaiknya segara dilakukan agar jadi pertimbangan buat PBB,” kata dia.

Dia menambahkan kondisi ini membuat peluang mendukung Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma’ruf masih sama besar. Sebab sebelumnya, ijtima ulama jilid I merekomendasikan Prabowo Subianto sebagai calon presiden. 

“Sama-sama kuat, dan sama-sama mengatakan demi bangsa dan negara, serta demi umat," kata Sukmo. 

PBB mengisyaratkan merapat ke barisan partai politik pendukung Jokowi-Ma’ruf pada Pemilihan Presiden (pilpres) 2019 mendatang. Bahkan dalam waktu dekat, Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra akan bertemu Presiden Joko Widodo untuk membahas arah politik PBB pada Pilpres 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement