REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama 12 perusahaan BUMN membangun rumah transisi untuk warga terdampak gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Koordinator Tanggap Bencana BUMN Rohan Hafas mengatakan bantuan pembangunan rumah transisi dimaksudkan sebagai tempat tinggal sementara bagi para korban terdampak gempa yang hingga kini masih tinggal di tenda pengungsian. Ia melihat, keberadaan para pengungsi di tenda pengungsian memiliki kerawanan dari aspek kesehatan.
"Melihat musim hujan akan sangat menyengsarakan para pengungsi dengan tenda-tenda seadanya, terutana dari sisi kesehatan, juga lingkungan, MCK yang kurang," ujar Rohan saat dihubungi Republika.co.id dari Mataram, NTB, Selasa (11/9).
Sesuai namanya, kata Rohan, Rumah Transisi BUMN merupakan tempat tinggal sementara sembari menunggu pemerintah membangun rumah permanen bagi para korban terdampak gempa. Jumlah Rumah Transisi yang dibangun sebanyak 1.500 rumah untuk sekitar 12 ribu jiwa dari 3 ribu kepala keluarga di empat kecamatan di Lombok, dengan rincian 700 rumah di Kecamatan Sembalun di Lombok Timur, 300 rumah di Kecamatan Pemenang di Lombok Utara, dan masing-masing 250 rumah di Desa Kekait dan Desa Guntur Macan di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.
"Program ini kita harapkan satu bulan untuk 1.500 rumah selesai, ukurannya sama semua, 25 meter persegi ada dua KK disekat di tengah, jadi 3x4 masing-masing," kata dia.
Meski rumah sementara, material bangunan yang ada tetap mengedepankan unsur-unsur keamanan dan kenyamanan bagi penghuni. Rohan menjelaskan, konstruksi bangunan Rumah Transisi terdiri atas tiga komponen utama yakni, baja ringan untuk semua kerangka, dinding Glass-fiber Reinforced Cement (GRC) yang tahan hujan, serta spandek zincalume untuk bagian atapnya.
Untuk membangun satu unit Rumah Transisi, biaya yang diperlukan senilai Rp 8,5 juta. "Nanti di area tersebut juga dibangun mushala, sekolah darurat, dan ruang besar semacam aula," ucap Rohan.
Dalam pengerjaan, BUMN juga mengajak masyarakat terdampak gempa untuk terlibat, mulai dari pembersihan lokasi, pengangkatan bahan baku, hingga pemasangan bangunan, dengan tetap didampingi tenaga profesional. Model partisipatif seperti ini, lanjutnya, juga memberikan alternatif pekerjaan bagi masyarakat terdampak gempa.
"Targetnya 1.500 (Rumah Transisi) di awal, nanti kita lihat kecukupan dan kondisi ke depan," katanya menambahkan.