REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengajak kepada semua kalangan untuk meningkatkan pemahaman kepada dasar negara Indonesia agar dapat meneruskan cita-cita para pendiri bangsa. Hal tersebut disampiakan Hidayat Nur Wahid saat Sosialisasi Empat Pilar di hadapan warga Srengseng Sawah, Jakarta, Sabtu (8/9).
"Ada NU, Muhammadiyah, Sarekat Islam, dan lain sebagainya. Mereka semua yang datang dari berbagai kalangan bisa bersepakat untuk Indonesia," ujar pria alumni Pondok Gontor itu.
Hal demikianlah yang menurut Hidayat Nur Wahid "perlu disegarkan agar kita cinta dasar negara Indonesia". Dalam kesempatan itu, Hidayat mengulas peran umat Islam dalam proses perjalanan bangsa, yakni menyelamatkan Indonesia dari perpecahan.
Pria asal Klaten itu memaparkan Pancasila yang disepakati pada 22 Juni 1945 pada Sila I berbunyi Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-Pemeluknya. "Pancasila 22 Juni 1945 disepakati oleh semua," ujarnya.
Namun, setelah Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, sore harinya ada yang merasa keberatan dengan bunyi Sila I. Mereka lewat Bung Hatta melakukan lobi-lobi ke tokoh umat Islam atas bunyi Sila I Pancasila 22 Juni 1945 itu.
Menghadapi yang demikian, Hidayat mengatakan umat Islam dengan sikap lapang dada menerima keberatan dari tokoh Indonesia bagian timur itu hingga Sila I Pancasila berganti menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. "Dari sini menunjukan bahwa umat Islam lebih mengedepankan persatuan Indonesia. Jadi umat Islam menyelamatkan Indonesia", tambahnya.
Peran umat Islam pada masa genting juga terjadi ketika Belanda dengan segala upaya ingin menjajah kembali Indonesia. Belanda dengan berbagai cara mencerai beraikan Indonesia dengan berbagai perjanjian.
Wilayah Indonesia yang luasnya dari Sabang sampai Merauke karena perjanjian yang dilakukan membuat wilayah Indonesia tercerai berai dalam berbagai negara. Disebut ada Sumatra, Madura, Sulawesi, Pasundan, dan banyak wilayah lainnya.
Melihat hal yang demikian, Hidayat Nur Wahid mengatakan ada tokoh umat Islam yang juga politisi tak rela Indonesia menyimpang dari cita cita pendiri bangsa. "Cita-cita pendiri bangsa bentuk negara Indonesia adalah NKRI", ujarnya.
Tokoh yang bernama Muhammad Natsir dari Masyumi itu menurut Hidayat Nur Wahid pada tahun 1950 melakukan lobi-lobi kepada politisi parlemen. "Natsir mengeluarkan mosi integral agar Indonesia kembali ke bentuk NKRI," ucapnya.
"Pada masa itu bentuk Indonesia RIS akibat perjanjian dengan Belanda," tambahnya.
Natsir mengeluarkan mosi integral karena RIS bukan cita-cita pendiri bangsa. Apa yang diperjuangkan Natsir itu diterima oleh Soekarno, Hatta, politisi parlemen, dan seluruh rakyat Indonesia.
"Berkat Natsir akhirnya pada 17 Agustus 1950 bangsa Indonesia kembali ke NKRI," paparnya. Dari sejarah tersebut, Hidayat menyebut banyak peran umat Islam untuk Indonesia.