Jumat 07 Sep 2018 22:56 WIB

Puluhan Guru Bantu Trauma Healing Anak Korban Gempa

54 orang guru akan mengajar di empat kecamatan di Lombok Barat.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang anak berada di Posko Pengungsian Dusun Karang Subagan, Desa Pemenang Barat, Pemenang, Lombok Utara, NTB, Selasa (14/8).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Seorang anak berada di Posko Pengungsian Dusun Karang Subagan, Desa Pemenang Barat, Pemenang, Lombok Utara, NTB, Selasa (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi NTB, Ali Rahim bersama Bupati Lombok Barat (Lobar) Fauzan Khalid melepas 54 orang guru tetap daerah (non-PNS) di Kabupaten Lobar yang tergabung dalam guru relawan bencana Lombok hadir di halaman pendopo Bupati Lobar pada Jumat (7/9).

Ali Rahim memastikan 54 orang guru tersebut adalah para guru non-PNS yang bertugas di wilayah Lobar dan ingin mendedikasikan ilmunya, khusus kepada anak-anak sekolah korban gempa.

"Kita (PGRI) yang merekrut mereka berdasarkan kepedulian dan kesukarelaan mereka. Tidak ada gaji yang disiapkan, tapi kita menyiapkan uang transport saja," kata Ali.

Bupati Lobar Fauzan Khalid menyambut baik kelompok guru yang ingin mendedikasikan hidupnya kepada para anak-anak sekolah yang menjadi korban gempa. "Saya sangat bangga dengan kebersamaan yang para guru tunjukkan. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan jika kita terus bersama," ujar Fauzan.

Ia menyampaikan, 54 orang guru tersebut terbagi dalam sembilan regu yang akan bertugas mengajar di empat kecamatan di Lobar dan sebagian lainnya bertugas di Kabupaten Lombok Utara (KLU).

Fauzan menyebutkan, jumlah sekolah di Lobar yang terdampak gempa sebanyak 158 sekolah tingkat SD dan 37 tingkat SMP. Kata dia, sebagian dari sekolah-sekolah tersebut mengalami rusak ringan, namun sebagian besarnya adalah rusak sedang sampai berat.

"Sebagian besar sekolah yang rusak sedang sampai berat, terpaksa harus di sekolah darurat," kata Fauzan.

Koordinatornya guru relawan bencana Lombok Taufikurrahman, mengatakan para guru telah diberikan pelatihan untuk memberi trauma healing kepada anak-anak sekolah. "Kita hanya bertugas sekali dalam seminggu. Itu pun hanya sehari saja dalam seminggu. Jadi tidak mengganggu tugas pokok di sekolah asal," kata dia.

Taufik yang juga Ketua Asosiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer NTB, menambahkan, dari 54 orang guru, ada empat guru SMA, sisanya yang terbanyak adalah guru SD dan SMP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement