Kamis 06 Sep 2018 01:15 WIB

LSI: #2019GantiPresiden Satukan Oposisi Jokowi

Pengubahan tagar dinilai tidak akan menjadi viral di media sosial.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Teguh Firmansyah
Peneliti LSI Ardian Sopa saat menyampaikan survei Pertarungan Pilpres di Media Sosial, di Jakarta, Rabu (4/9).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Peneliti LSI Ardian Sopa saat menyampaikan survei Pertarungan Pilpres di Media Sosial, di Jakarta, Rabu (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa menilai gerakan #2019GantiPresiden memiliki makna universal untuk menyatukan kalangan yang tak setuju bakal calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) melanjutkan kepemimpinannya. Karena itu, gerakan #2019GantiPresiden begitu populer di media sosial (medsos) maupun dunia nyata.

"Seorang pejawat pasti ada yang tidak suka. Sejauh ini #2019GantiPresiden jauh lebih bisa menghimoun orang-orang yang tidak suka terhadap Jokowi dalam kanal yang sama," kata dia di Jakarta, Rabu (5/9).

Namun, ia meragukan, jika gerakan #2019GantiPresiden diubah menjadi gerakan tagar lain akan viral seperti saat ini. Apalagi, jika tagar itu secara tegas mengusung Prabowo Subianto menjadi Presiden Indonesia pada 2019.

Baca juga, Mahfud: Tak Ada yang Salah dengan Tagar 2019GantiPresiden.

Menurut dia, ketika gerakan berubah, pasti akan ada masyarakat yang tetap mendukung. Namun di sisi lain, ada pula masyarakat yang akan menimbang-nimbang dukungan."Karena bisa jadi dalam pilihan yang ada, dia tidak dukung Jokowi sekaligus Prabowo. Pada akhirnya akan jadi golput (tidak memilih siapa-siapa)," kata dia.

Ardian menjelaskan, dalam gerakan #2019GantiPresiden sejak awal didukung oleh orang-orang yang memang tidak suka pada Jokowi. Di dalamnya, lanjut dia, ada beragam tujuan, seperti mendukung Prabowo, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, atau nama-nama lainnya.

Karena itu, jika gerakan #2019GantiPresiden direduksi menjadi dukungan kepada Prabowo, massanya akan tersegmentasi. Kelompok masyarakat yang tidak mendukung Prabowo akan berpikir ulang meskipun mendukung ganti presiden.

"Eskalasinya akan lebih kecil. Ada PR tambahan untuk menggaungkan Prabowo sebagai alternatif," kata dia.

Ia mengakui, masyarakat saat ini sudah sadar hanya ada dua pilihan Presiden pada 2019. Namun, bukan berarti pendukung gerakan #2019GantiPresiden akan memilih Prabowo dalam Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019.

"Kalau gak diganti masyarakat sudah tau pilihannya cuma dua, pilih Prabowo atau tidak datang ke Pilpres. PR buat Prabowo jangan sampai orang yang ingin ganti presiden itu akhirnya tidak suka ketika ganti tagar," ujar dia.

Berdasarkan survei LSI, gerakan #2019GantiPresiden berpengaruh dalam meningkatkan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga Uno di medsos. Gerakan #2019GantiPresiden disukai oleh 63,2 persen pengguna medsos, sedangkan yang tidak suka hanya 30 persen. Tak hanya itu, #2019GantiPresiden juga disukai oleh bukan pengguna medsos sebesar 51,8 persen berbanding 37,7 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement