REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tantangan lebih berat menanti Indonesia usai sukses menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Kini Indonesia ditantang menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menjadi tuan rumah perhelatan Olimpiade.
Sejak kali pertama digelar di Yunani pada 1896, Olimpiade yang sudah berlangsung 26 kali ini lebih sering digelar di negara-negara Eropa dan Amerika. Benua Eropa menghelat Olimpiade sebanyak 17 kali dengan Jerman, Inggris dan Prancis masing-masing tiga kali menjadi tuan rumahnya.
Benua Amerika sudah sebanyak delapan kali menggelar pagelaran akbar Olimpiade. Bahkan, Amerika Serikat tercatat sebagai negara paling sering menjadi tuan rumah Olimpiade. Negeri Paman Sam ini sudah lima kali menggelar Olimpiade sejak kali pertama menjadi tuan rumah pada 1904.
Bagaimana dengan Asia? Pada 1940 dan 1944, Jepang sebenarnya pernah terpilih sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade. Tapi, keduanya batal karena adanya Perang Dunia II.
Jepang akhirnya menjadi negara Asia pertama yang dipercaya sebagai tuan rumah Olimpiade ke-18 pada 1964. Dua negara Asia lainnya, Korea Selatan dan Cina, menyusul menjadi host Olimpiade 1988 dan 2008. Dan setelah 56 tahun, Jepang akan kembali menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2020 mendatang.
Wilayah Putih
Negara Asia memang sudah ada yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade, tapi negara kawasan Asia Tenggara sejauh ini belum ada. Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, menyebut ada dua kawasan yang belum pernah menjadi tuan rumah Olimpiade: Afrika dan Asia Tenggara.
Ia menandai Afrika dan Asia Tenggara sebagai wilayah putih yang absen dari penyelenggaraan Olimpiade. Karena Olimpiade adalah ajang global, kata Bach, maka keuniversalannya harus tercermin tak hanya lewat partisipasi 206 negara.
‘’Tapi, keuniversalannya juga harus terlihat dari penyelenggaraan Olimpiade di semua kawasan,’’ katanya. ‘’Dan, saya kira Indonesia adalah salah satu tempat dan negara terbaik untuk melakukannya. Apalagi, Indonesia sudah membuktikannya di Asian Games 2018.’’
Singapura sebenarnya negara Asia Tenggara pertama yang pernah ditunjuk sebagai tuan rumah saat Olimpiade Remaja Musim Panas pertama kali digelar pada 2010. Namun, tuan rumah Olimpiade sejauh ini belum pernah ada yang berasal dari negara Asia Tenggara.
Untuk kawasan Afrika, IOC telah memutuskan untuk menggelar Olimpiade Remaja Musim panas di Afrika pada 2022. Botswana, Nigeria, Senegal dan Tunisia sudah menyatakan tertarik untuk menggelar pesta akbar tersebut.
Kandidat 2032
Kini Indonesia sedang meretas jalan sejarah sebagai negara Asia Tenggara pertama yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade. Indonesia telah diterima menjadi salah satu kandidat tuan rumah gelaran olahraga terakbar dunia Olimpiade 2032.
‘’Alhamdulillah pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden IOC Thomas Bach yang juga dihadiri oleh Presiden OCA Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah di Istana Bogor, berlangsung positif. Indonesia akhirnya diterima sebagai salah satu kandidat tuan rumah Olimpiade 2032,’’ ujar Ketua Inasgoc, Erick Thohir, usai mengikuti pertemuan tersebut di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Sabtu, (1/8).
Indonesia merupakan negara pertama yang mengajukan secara resmi dan diterima menjadi kandidat tuan rumah Olimpiade 2032. Menurutnya, itu tidak terlepas dari kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018. Penyiapan venue berkelas dunia, penyelenggaraan, sukses prestasi maupun sukses perekenomian menjadi modal utama yang membuat Indonesia dinilai mampu menyelenggarakan Olimpiade 2032.
Bach pun mengatakan bahwa Komite Olimpiade Internasional menyambut baik pencalonan diri Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Menurutnya, kesuksesan Asian Games 2018 menawarkan fondasi yang sangat kuat untuk pencalonan tersebut.
‘’Karena dengan Asian Games ini, dengan keberhasilan besar ini, Indonesia telah menunjukkan bahwa mereka memiliki semua bahan untuk menyelenggarakan Olimpiade dengan sukses,’’ kata Bach.
Indonesia Bisa
Erick Thohir optimistis Indonesia mampu mengemban amanah sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Terbukti dengan waktu singkat yang hanya 827 hari atau sekitar dua tahun (13 Mei 2016 hingga hari pembukaan pada 18 Agustus 2018), Indonesia mampu menggelar Asian Games 2018 yang terbilang sukses.
Waktunya relatif singkat dibandingkan Korea Selatan yang memiliki waktu tujuh tahun untuk menyiapkan Asian Games 2014. Waktu lebih lama diperlukan Inggris untuk mempersiapkan Olimpiade 2012. Sembilan tahun waktu yang diperlukan oleh London untuk mempersiapkan diri sebagai tuan rumah tersukses sepanjang sejarah Olimpiade itu.
‘’Waktu 827 hari memang tak sebanding dengan Incheon yang punya waktu persiapan tujuh tahun,’’ kata Erick. ‘’Tapi, kualitas Asian Games 2018 bisa diadu dengan Incheon bahkan Olimpiade London atau Rio sekalipun.’’
Indonesia mempersiapkan Asian Games 2018 hanya dalam waktu sekitar dua tahun. Membangun venue pertandingan, wisma atlet, membenahi transportasi, manajemen pertandingan, penyiaran, promosi, hingga mencari sponsor harus segera dituntaskan pemerintah maupun panitia Asian Games 2018 (Inasgoc). Dan, Indonesia kini memiliki waktu panjang untuk berbenah diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.
Dari jumlah cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan, Indonesia juga sudah teruji di ajang Asian Games 2018. Olimpiade memiliki 33 cabor, Asian Games 2018 mempunyai 40 cabor. Jumlah atlet dan ofisial Olimpiade rata-rata mencapai 10.500 orang, sementara Asian Games 2018 mencapai 17.244 orang.
Dengan keberhasilan penyelenggaraan Asian Games 2018, Indonesia memang dinilai layak sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Dan jika berhasil, Indonesia bukan hanya mengharumkan namanya sendiri, tapi juga mengharumkan kawasan Asia Tenggara. Semoga saja.