REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Ma'ruf)-Ma'ruf Amin, Raja Juli Antoni tetap optimistis dengan survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam survei yang fokus pada elektabilitas pasangan bakal calon pressiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di kalangan pengguna media sosial itu, Jokowi-Ma'ruf hanya unggul 8,8 persen dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Saya masih optimis melihat hasil survei ini," kata dia melalui pesan singkat kepada Republika.co.id, Rabu (5/9).
Ia mengakui, pasangan Prabowo-Sandiaga lebih siap secara logistik untuk medsos. Namun, kekuatan organik pada TKN akan bisa mengatasinya.
Karena itu, ia juga berharap pada relawan dapat lebih antusias meningkatkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di kalangan pengguna medsos. "Semoga ke depan para relawan medsos Jokowi-Ma’ruf lebih terorganisasi dengan baik," ujar dia.
Raja juga tak khawatir mengenai tingkat kesukaan masyarakat pengguna medsos yang tinggi pada gerakan #2019GantiPresiden. Bahkan, jika kubu Prabowo-Sandiaga menggunakan buzzer untuk melipatgandakan dukungan atau membuat viral isu-isu yang menyerang bakal capres pejawat.
Ia menegaskan, pihaknya tetap optimis masyarakat Indonesia saat ini tambah cerdas. "Fitnah tidak perlu dilawan dengan fitnah. Kami tetap kampanye secara positif saja," kata Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas (PSI) itu.
Sebelumnya, Peneliti LSI Ardian Sopa mengatakan, pengguna medsos bisa menjadi rujukan masyarakat yang tidak menggunakan medsos. Dengan informasi yang dimiliki pengguna medsos, kata dia, secara otomatis akan mewarnai lingkungan di sekitarnya.
Apalagi, ia melanjutkan, fenomena medsos adalah banyak pengguna nonorganik. Artinya, orang bisa mengelola lebih dari satu akun medsos di satu platform.
Akun-akun itu, kata dia, dapat menciptakan perbincangan viral di medsos. "Tentu karena ini pertarungan medsos, hal-hal tersebut bisa terjadi dan ini yang nanti lebih banyak. Bahkan berpengaruh dibandingkan dengan yang organik, karena secara jumlah lebih banyak," kata dia.
Ardian menjelaskan, melihat dari fenomena yang terjadi, isu-isu yang menjadi viral di medsos secara umum berasal dari bad news. Hal itu, kata dia, sekaligus memberi alasan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin kalah di beberapa segmen pertarungan medsos. Padahal, secara tingkat keterkenalan, Jokowi jauh lebih dikenal daripada penantangnya, Prabowo.