Rabu 05 Sep 2018 15:13 WIB

Ingin Dirikan Huntara, Warga Terkendala Puing

Warga ingin segera membangun hunian sementara dari sisa rumah yang ada.

Rep: Muhammad Nursyamsyi / Red: Friska Yolanda
Huntara (hunian sementara) yang dibangun untuk korban gempa Lombok, karya rancang bangun Dompet Dhuafa (DD).
Foto: Dok. Dompet Dhuafa
Huntara (hunian sementara) yang dibangun untuk korban gempa Lombok, karya rancang bangun Dompet Dhuafa (DD).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Kepala Desa Guntur Macan, Murni, meminta adanya bantuan bagi warganya dalam hal pembersihan puing bangunan yang runtuh akibat gempa. Warga pun berharap pembangunan hunian sementara di daerah mereka segera dilaksanakan.

Guntur Macan merupakan sebuah desa dengan tujuh dusun yang berada di Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar), NTB. Kata Murni, kerusakan rumah akibat gempa mencapai sekira 99 persen. Hanya tersisa empat rumah yang masih layak huni. Warganya yang berjumlah 2.816 jiwa dari 925 kepala keluarga (KK) kini tersebar di 14 titik pengungsian yang ada di Guntur Macan.

"Jadi satu dusun ada dua titik pengungsian, semuanya mengungsi," ujarnya kepada Republika.co.id di Desa Guntur Macan, Lobar, NTB, Rabu (5/9).

Jarak Guntur Macan dari pusat kota Mataram sejatinya tak terlalu jauh, hanya berkisar lima kilometer (km) dari Lapangan Rembiga di Jalan Adi Sucipto, Mataram. Namun letak Guntur Macan berada sedikit di dataran tinggi dengan bukit-bukit yang menjulang.

Kata Murni, kerusakan rumah warga terjadi dalam beberapa kali gempa. Saat gempa pada Ahad (5/8), hanya ada dua rumah yang rusak. Jumlah ini secara drastis meningkat hingga 85 persen saat terjadinya gempa susulan pada Ahad (19/8). Kondisi kerusakan rumah semakin diperparah dengan sejumlah rangkaian gempa susulan berikutnya. Ia bersyukur tidak satu pun warganya yang meninggal dunia akibat gempa. Memang, ada warganya yang tertimpa bangunan namun masih bisa diselamatkan.

Kejadian gempa pertama pada Ahad (29/7) pagi dengan titik terparah di Kecamatan Sambelia dan Sembalun di Lombok Timur serta Kecamatan Bayan di Lombok Utara, membuat warganya bersiap diri akan adanya gempa susulan. "Warga kita sudah siap, begitu gempa langsung pada keluar rumah, alhamdulillah gempa itu sekitar Isya jadi warga belum tidur," kata dia.

Murni mengatakan, bantuan logistik dari pemerintah dan relawan terus berdatangan pascagempa, termasuk bantuan medis. Namun, dalam beberapa hari terakhir, bantuan medis mulai berkurang. Murni menyebutkan, faktor kesehatan menjadi perhatian utamanya karena para pengungsi mulai terserang penyakit seperti diare dan gatal-gatal.

Mayoritas warga Guntur Macan bekerja di bidang pertanian dan buruh bangunan. Untuk yang bekerja di sektor pertanian, dia katakan, sudah ada sebagian yang beraktivitas. Sedangkan para tukang, kata dia, masih enggan bekerja karena trauma akan gempa.

Murni menyampaikan, kebutuhan warga yang paling diperlukan saat ini adalah bantuan untuk pembangunan hunian sementara (huntara) mengingat akan datangnya musim penghujan. Kata dia, tinggal di tenda pengungsian saat hujan akan mengundang berbagai risiko dari aspek kesehatan.

"Kami sangat mengharapkan pemerintah dan donatur, supaya ada huntara yang bisa terealisasikan," kata dia.

Murni juga mengeluhkan belum maksimalnya pembersihan puing bangunan di desanya. Keberadaan alat berat dan petugasnya menjadi hal yang ditunggu-tunggu warga. Kata Murni, sempat ada alat berat yang masuk ke desanya namun tidak optimal.

"Kemarin cuma dirobohkan tapi dibiarkan saja (puing-puingnya), yang kita harapkan dibersihkan biar kita sama-sama bangun rumah kembali," ucapnya.

Kata dia, warga kebingungan dan kesulitan dalam membuang sisa puing bangunan. Padahal, banyak dari mereka yang berinisiatif membangun huntara dengan memanfaatkan sisa puing bangunan yang masih bisa digunakan.

"Banyak warga yang minta bantuan terpal untuk membuat huntara agar bisa tenang saat musim hujan datang," kata Murni menambahkan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement