REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, mengkritisi gaya komunikasi tenaga ahli utama Deputi IV Komunikasi Politik KSP, Ali Mochtar Ngabalin. Pasalnya, gaya komunikasi Ngabalin dinilai bisa memicu keresahan di kalangan masyarakat. Karena itu, sudah seharusnya dewan komisaris Angkasa Pura I itu segera memerbaiki gaya bicaranya.
"Seharusnya, gaya komunikasi Pak Ngabalin ini bisa melahirkan ketenangan bagi semua kalangan," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Selasa (4/9).
Mengingat, kata Dedi, saat ini Ali Mochtar Ngabalin sangat melekat dengan sosok Joko Widodo. Terutama, menjelang Pileg 2019 mendatang. Jadi, dari sisi sosok, antara Jokowi dan Ngabalin sangat bertolak belakang.
Jokowi yang merupakan Presiden RI ketujuh ini, merupakan figur yang tenang, kalem dan santun. Bahkan, Jokowi yang juga calon presiden pejawat ini merupakan sosok yang bijak juga. Hal itu, tercermin dari tutur katanya.
Sebaliknya,kata Dedi, gaya komunikasi Ngabalin justru berbeda 180 derajat dari sosok Jokowi yang diusung oleh Partai Golkar ini. Mungkin saja dalam kultur Ngabalin, gaya bahasa dan pola hidup seperti itu terbilang biasa. Tetapi ini menjelang pilpres. Kultur masyarakatnya bukan hanya kultur tempat Ngabalin terlahir. Melainlan, ini berbicara seluruh kultur di Indonesia.
"Publik tidak menyukai karakter frontal. Mereka lebih menyukai karakter penuh ketenangan tetapi dengan argumentasi yang kuat dan tidak terkalahkan," ujar mantan bupati dua periode ini.
Menurut Dedi, Indonesia ini kaya akan seni dan budaya. Termasuk kultur di masyarakat. Seperti, di Pulau Jawa, publik di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menyukai komunikasi yang tidak frontal. Sebab, mayoritas warga di Jawa menyukai kehidupan yang tenang dan adem.
Dedi menilai, juru bicara dalam Pilpres 2019 ini sangat berpengaruh. Termasuk, posisi dari Ngabalin. Karena itu, citra juru bicara di mata publik harus menjadi salah satu pertimbangan mendasar bagi tim sukses.
"Kalau gaya komunikasi Pak Ngabalin tetap seperti itu, saya khawatir berdampak terhadap Pak Jokowi. Orang yang tidak suka terhadap gaya Pak Ngabalin, bisa menjadi tidak suka kepada Pak Jokowi. Ini nanti arahnya ke depannya soal elektabilitas mantan Wali Kota Solo tersebut," ujar Dedi.