REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Keterbatasan alat berat masih menjadi kendala utama pembersihan puing bangunan yang rusak akibat gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Jumlah alat berat yang ada tidak sebanding dengan sampah-sampah puing yang kini masih berserakan di lokasi kejadian gempa.
"Pembersihan puing tekendala alat, kami memiliki 48 eskavator, memang efektif sekali (alat berat) ini dibanding manual," ujar Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Pangkogasgabpad) Mayjen TNI Madsuni di posko utama Kogasgabpad di Bandara Selaparang, Kota Mataram, NTB, Selasa (4/9).
Dia mengatakan proses pembersihan puing masih terus berjalan. Madsuni berharap adanya penambahan alat berat untuk mempercepat pembersihan puing bangunan.
Menurut dia, persentase pembersihan puing sejak terbentuknya Kogasgabpad yang baru sepuluh hari terhitung masih sedikit. "Saya hitung masih kecil sekali antara 8-10 persen dari jumlah rumah yang ada," ujar Madsuni.
Dia menyebut dari 48 unit eskavator yang beroperasi, 20 di antaranya milik TNI dan 28 lainnya milik swasta. Jumlah 48 unit tersebut belum termasuk alat berat lain yang telah dikerahkan TNI seperti dump truck, buldoser, loader, breaker, trailer, backhoe loader, yang totalnya lebih dari 50 unit. Meski begitu, besarnya sebaran wilayah terdampak membuat kebutuhan penambahan alat berat sangat diperlukan.
Madsuni menghitung, saat ini masih kekurangan sekitar 20 unit alat berat. "Harapan saya dengan bertambahnya (alat berat) ini bisa cepat proses pembersihan puing, antara tiga sampai empat bulan," kata dia.
Dia telah melaporkan secara intensif penanganan bencana di NTB, termasuk kebutuhan alat berat kepada pusat di Mabes TNI. Madsuni menyebut dalam waktu dekat akan ada bantuan alat berat dan penambahan 600 personel TNI dari luar NTB.
Sebelumnya, kata dia, telah ada sekitar 2.500 personel TNI dari luar NTB yang berada di lokasi terdampak gempa. Angka tersebut belum termasuk personel TNI yang ada di NTB itu sendiri.
"Personel kami menitikberatkan pada yang berkemampuan konstruksi, batalion zeni konstruksi," ujarnya. Dia optimistis dengan adanya penambahan alat berat, proses pembersihan puing bisa rampung dalam waktu empat bulan ke depan.