Selasa 04 Sep 2018 18:10 WIB

Terbentur Biaya, Warga Lombok Barat Sulit Bersihkan Puing

Dinas PUPR Lobar menghadapi keterbatasan alat berat.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Qommarria Rostanti
Tim gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, dan lembaga lain terus melakukan evakuasi dan pencarian korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (13/8).
Foto: dok. Posko PDB Gempa Lombok
Tim gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, dan lembaga lain terus melakukan evakuasi dan pencarian korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Warga terdampak gempa di Lombok Barat, NTB, sudah hampir sebulan tinggal di tenda pengungsian. Banyak warga yang merasa letih dan ingin segera kembali ke rumah mereka.

Warga Dusun Kekait 2, Lombok Barat (Lobar), Karmin, mengatakan ingin kembali ke rumahnya meski menggunakan terpal dibandingkan harus terus berada di pos pengungsian. "Kami ingin segera kembali ke lokasi rumah, di sini pun kami meminjam tanah kebun milik orang lain (untuk mengungsi)," ujarnya di Lobar, NTB, Selasa (4/9).

Karmin beserta 150 kepala keluarga (KK) di RT 1 ingin segera membersihkan puing-puing rumah mereka. Namun jumlahnya yang banyak, penuh debu, dan biaya angkut yang mahal membuat mereka urung melakukannya secara mandiri.

"Sulit bagi kami melakukannya secara manual karena volume puing-puing yang banyak," kata dia.

Karmin menyebut para pengungsi di kampungnya ingin segera kembali bekerja dan menjalani hidup secara normal. Mereka pun ingin bekerja dan segera pulih dari trauma gempa. Ada beberapa warga yang sudah membersihkan puing rumahnya. Sayangnya, kini mereka terhadang biaya angkut dari lokasi ke tempat pembuangan.

Biaya sekali angkut dump truck mencapai sekitar Rp 200 ribu. "Saya tidak mampu kalau harus mengeluarkan biaya yang besar," ujar Karmin. Dia memperkirakan sampah puing di rumahnya bisa lebih dari 15 dump truck.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Lobar I Made Arthadana tak bisa berbuat banyak. Hal ini mengingat kondisi kerusakan yang masif. Di samping karena tingkat penyebaran sampai ke pelosok-pelosok, keterbatasan alat berat membuatnya tidak mampu bergerak cepat dan optimal.

"Bagaimana mau cepat, kami hanya punya satu eskavator, satu backhoe loader, dan satu dump truck," kata Made.

Dia meminta pihak swasta membantu penanganan masalah tersebut. Dengan keterbatasan alat berat, Dinas PUPR Lobar tetap berusaha semampunya. "Hari ini kami bergerak melakukan pembersihan di Desa Bengkaung, kemarin kami di Desa Dopang," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kerusakan di Lobar akibat gempa mencakup 57.614 rumah, 108 tempat ibadah, 84 fasilitas kesehatan, 294 sekolah dan madrasah, serta jembatan dan toko/kios.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement