Kamis 30 Aug 2018 18:44 WIB

Jelang Musim Hujan, Relawan Bangun Hunian Sementara

Saat ini sudah terbangun 25 RHS di sejumlah titik di Desa Kayangan.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Rumah hunian sementara (RHS) yang digagas Wahana Muda Indonesia (WMI) mulai terbangun di Dusun Empak Mayong, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Kamis (30/8).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Rumah hunian sementara (RHS) yang digagas Wahana Muda Indonesia (WMI) mulai terbangun di Dusun Empak Mayong, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Kamis (30/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Relawan Wahana Muda Indonesia (WMI) menginisiasi pembangunan Rumah Hunian Sementara (RHS) di Desa Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ketua Umum WMI Handriansyah mengatakan, tempat tinggal yang lebih baik meskipun sifatnya sementara merupakan hal yang menjadi prioritas mengingat masih banyaknya warga yang tinggal di tenda pengungsian.

"Kita setting agar warga pindah dari tenda ke hunian yang lebih layak walau sementara, karena sekarang sudah mau masuk musim hujan dan mereka tidak mungkin lama-lama dalam tenda," ujar Handriansyah kepada Republika.co.id di Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, NTB, Kamis (30/8).

photo
Rumah hunian sementara (RHS) yang digagas Wahana Muda Indonesia (WMI) mulai terbangun di Dusun Empak Mayong, Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Kamis (30/8).

Dia menyampaikan, model RHS sangat sederhana dengan bahan-bahan yang mudah didapat atau menggunakan bahan material dari bekas bangunan rumah yang lama seperti kayu, triplek, terpal, seng, dan gedek atau anyaman yang terbuat dari bilah-bilah bambu untuk dinding rumah. "Konsepnya kita buat contoh. Target kita 200 unit tapi minimal warga bisa terbangun jiwanya untuk ikuti langkah kita," lanjutnya.

WMI, kata dia, juga memberikan bantuan triplek dan gedek untuk pembangunan RHS. Proses pembuatan RHS terbilang mudah dengan memakan waktu antara dua sampai tiga hari.

Ukuran luas bangunan, ia sarankan, tak lebih dari 6x4 meter, agar jika ada bantuan pembangunan hunian tetap dari pemerintah, RHS dapat dengan mudah dibongkar. WMI sengaja membangunkan model RHS di sejumlah dusun yang ada di Desa Kayangan agar menjadi pemicu bagi warga lain untuk bangkit mendirikan rumah. Termasuk juga mendirikan RHS di wilayah yang berada di bawah atau dekat pantai.

"Biar warga berani kembali dan bangun rumahnya. Saat ini warga yang di bawah pada tinggal di atas dengan tenda-tenda. Kita juga akan pindahkan posko ke bawah untuk menemani mereka," lanjutnya.

Hingga saat ini, kata Handriansyah, sudah terbangun 25 RHS di sejumlah titik di Desa Kayangan, di mana pengerjaan pembangunan melibatkan warga yang ingin membangun RHS. Ia menargetkan ratusan RHS bisa segera terbangun sebelum musim penghujan tiba.

Ia menyebutkan, dana yang dibutuhkan untuk satu RHS sekitar Rp 3,5 juta. Namun, karena banyak bahan baku diambil dari sisa bangunan rumah, angka ini bisa ditekan hingga Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta.

"Kita sudah siapkan gedek untuk warga yang mau bangun RHS," kata Handriansyah.

Namun, jumlah ketersediaan gedek masih dirasa kurang lantaran kesulitan mencari bahan baku. Selain itu, harga gedek juga mengalami kenaikan dari yang biasanya seharga Rp 40 ribu menjadi Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu.

Lokasi Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, terbilang cukup jauh dari Kota Mataram, sekira 55 kilometer (km) atau dua jam perjalanan. Sementara dari posko utama penanganan darurat bencana yang berada di Lapangan Tanjung, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, berjarak sekira 27 km atau 45 menit perjalanan.

Letak permukiman penduduk di KLU bervariasi, di mana sebagian tinggal di wilayah pesisir pantai, sedang sebagian lain mendiami kawasan perbukitan. Dampak gempa dengan isu tsunami, membuat warga memilih mengungsi di areal dengan dataran lebih tinggi seperti di Dusun Empak Mayong.

Handriansyah mengaku sengaja memilih Desa Kayangan sebagai posko untuk pendampingan korban gempa. "Salah satu alasan kita di sini karena di ujung, biasanya daerah bencana daerah yang ujung itu kurang tersentuh, orang akan ramai di kota, atau yang mudah diakses," ucapnya.

Selain memberikan bantuan pembangunan RHS, relawan WMI juga telah mendirikan mushala darurat, MCK, dapur umum, sembako, trauma, dan mendatangkan ustaz untuk memberikan tausiah pada setiap selesai shalat berjamaah.

Seorang warga Dusun Empak Mayong, Desa Kayangan, Lombok Utara, Maryono (35), mengaku sangat bersyukur dengan bantuan pembanguan RHS. Ia mengaku khawatir dengan kondisi keluarganya yang hingga kini tinggal di tenda pengungsian.

"Alhamdullilah, ada bantuan ini, soalnya kan mau masuk musim hujan kalau di tenda agak khawatir," kata Maryono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement