REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Cholil Nafis mengungkapkan alasan Ketua Umum MUI non-aktif, Ma'ruf Amin maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019 mendatang. Hal ini disampaikan Cholil dalam acara Haul ke-41 Ruhiyat dan Haul ke-11 Ilyas Ruhiyat di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Selasa (28/08).
Dalam ceramahnya di acara tersebut, Cholil mengulas tentang ulama yang wafat dan ulama yang menjadi umara atau pemimpin. Dia juga menjelaskan hikmah haul untuk meneladani ulama dalam menimba ilmu dan mengamalkannya dalam perjuangan.
"Saya pun menjelaskan mengapa ulama kita, Rais Aam PBNU dan Ketua Umum non aktif MUI Kiai Ma’ruf Amin mau menjadi cawapres," ujar KH Cholil kepada Republika.co.id, Rabu (28/8).
Cholil menuturkan, ada beberapa alasan mengapa Ma’ruf mau menjadi cawapres, di antaranya adalah untuk menjaga keutuhan NKRI demi terjalinnya kerja sama antara kaum religius dengan kaum nasionalis. Selain itu, juga untuk merealisasikan ide-ide yang tertuang dalam keputusan yang tak mengikat menjadi kebijakan yang langsung diterapkan kepada umat.
Menurut Cholil, sebelum menerima pinangan Jokowi sebagai cawapresnya Ma'ruf tentunya tidak asal maju. Tetapi, sudah melakukan perenungan dan istikharah terlebih dahulu.
"Kiai Ma’ruf Amin sudah berusia 75 tahun. Tentunya bukan pertimbangan kekuasaan apalagi kekayaan semata," ucapnya
Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini mengatakan, Ma'ruf maju sebagai cawapres demi menerima panggilan kebangsaan dan ke-Indonesiaan untuk mengabdi di ranah yang lebih beresiko daripada menjadi Rais Aam PBNU dan Ketua Umum MUI. "Itu dilalui demi tekat sebuah perjuangan. Ide besar yang hendak direalisasikan adalah terciptanya ekonomi berkeadilan: arus baru ekonomi Indonesia," kata KH Cholil.
Melalui ide besar itu, tambah dia, Ma'ruf Amin ingin menguatkan yang lemah dan berkolaborasi dengan yang kuat. Sehingga, tercipta sinergi antara yang lemah dengan yang kuat di bidang ekonomi untuk kemajuan Indonesia.
"Dengan ide besar itu, Kiai Ma'ruf menghindari saling melemahkan apalagi saling menghancurkan," jelas KH Cholil.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin membenarkan jika KH Ma'ruf Amin sudah berstatus non aktif atau mengundurkan diri sebagai ketua umum MUI. Bahkan, kata Din Syamsuddin, memang sudah seharusnya Kiai Ma'ruf mengundurkan diri setelah mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden pendamping Joko Widodo di pemilihan presiden (Pilpres) 2019.
"Memang pada salah satu pasalnya jika ketua umum dan sekretaris umum MUI tidak boleh rangkap dalam jabatan politik," ujar Din Syamsuddin saat ditemui di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), di Ciputat,Tangerang Selatan, Rabu (29/8)

Profil Ma'ruf Amin