REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) bekerjasama dengan sejumlah pihak dalam menangani sampah. Selama kurang lebih dua pekan, selain Inasgoc, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dinas Lingkungan Hidup sejumlah propinsi, kemudian swasta, menangani urusan ini.
Direktur Venue dan Lingkungan Inasgoc, Teuku Arlan Lukman menjelaskan proses kerjanya. Ia mencontohkan untuk di DKI Jakarta, ada sekitar 1600an petugas keberhasihan gabungan. Ada yang bertugas di dalam venue alias ring satu.
Ia meneruskan adapula yang bekerja di luar venue. Ini masuk kategori area ring dua. Kemudian di kawasan di ring tiga dan empat.
"Contoh di GBK di dalam venue ada swasta, juga di kawasan. Mereka dibantu oleh petugas dari Dinas Lingkungan DKI Jakarta yang berada di ring tiga dan empat," tutur Arlan.
Sebelumnya data KLHK menunjukkan, sejak pembukaan Asian Games, hingga kini menghasilkan ratusan ton sampah. Selama semalam di GBK saat opening ceremony, total timbunan sampah mencapai 46,13 ton. Dari jumlah sebanyak itu, yang bisa didaur ulang berjenis botol, sekitar 1,40 ton. Kemudian kertas 0,74 ton. Sisanya 43,99 masuk ke tempat pembuangan akhir.
Saat pertandingan dari 19 Agustus hingga 27 Agustus, untuk di GBK saja, total timbunan sampahnya mencapai 436, 90 ton. Dari sampah sebanyak itu, yang bisa didaur ulang, sekitar 58, 62 ton. Sampah berbahan kertas, 31, 13 ton. Kemudian yang masuk TPA 347, 17 ton.
Masih ada sampah yang berasal dari limbah medis di seluruh venue di Jakarta-Palembang. Jenis ini terbagi dua. Pertama untuk pengobatan, tertimbun sampah sebanyak 40,15 kilogram. Kemudian sampah dari jarum suntik, sekitar 0,5 kg.
Frederikus Bata