Ahad 26 Aug 2018 21:30 WIB

Tawuran Abadi di Pasar Rumput

Tawuran ini pecah, lantaran polisi yang biasanya berjaga tidak ada di lokasi.

Rep: Muslim AR/ Red: Ani Nursalikah
Lokasi tawuran di kawasan Pasar Rumput, Jakarta, Ahad (26/8).
Foto: Republika/Muslim AR
Lokasi tawuran di kawasan Pasar Rumput, Jakarta, Ahad (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah 18 tahun berlalu, tawuran antarwarga di kawasan Pasar Rumput terus terjadi setiap bulan. Berkali-kali diadakan konsolidasi, duduk bersama, penangkapan, hingga berganti-ganti gubernur di Provinsi DKI Jakarta, namun tawuran terus terjadi.

Dari jejak digital paling lawas yang berhasil ditemukan Republika.co.id, tercatat tawuran pada 2001 adalah tawuran yang mencekam. Sejumlah bangunan dan satu kendaraan hancur karena lemparan batu, pukulan kayu dari massa. Tawuran berlangsung sejak pagi hingga sore hari meski dalam suasana Lebaran,

Kawasan pertokoan di Pasar Rumput kala itu hancur lebur, kaca-kaca bangunan pecah sebuah toko sepatu dan Rumah Makan Padang rusak berat. Tawuran bermula saat warga Menteng Tenggulun meninggal dunia yang diduga dianiaya oleh warga At-Taqwa yang bersebelahan dengan wilayah Menteng Tenggulun.

“Tawuran di kawasan ini udah mendarah daging, saya tinggal di sini sudah hampir 30 tahun, dan tawuran masih terjadi,” kata Usman (40 tahun) seorang warga di jalan Minangkabau, Jakarta Selatan, Ahad (26/8).

Kawasan tawuran ini meliputi wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Mulai dari pertigaan Jalan Lontar, Jalan Dr Saharjo, Jalan Minangkabau, Jalan Sultan Agung, Pasar Rumput, Jalan Menteng Tenggulun hingga berakhir di Jalan Galunggung.

Tawuran yang terjadi dipicu berbagai hal, dari saling ejek hingga pembunuhan dan dendam lama yang tak kunjung usai. Kamis (23/8) malam, tawuran kembali pecah di kawasn yang sama.

Menurut keterangan polisi, tawuran bermula dari seorang pengendara yang melempar botol yang diduga petasan ke arah pedagang di kawasan Menteng Tenggulun, Ahad (26/8). Pelemparan itu terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Warga Menteng Tenggulung langsung membalasnya dengan penyerangan secara beramai-ramai ke arah Pasar Rumput.

Awalnya petasan, botol mineral bekas dan tetiba berubah menjadi benda-benda hitam keras, yakni batu. Halte Pasar Rumput dihujani batu dari arah warga Menteng Tenggulun, serangan pun dibalas, warga Pasar Rumput juga menghujani batu ke arah yang menyerang mereka.

Tawuran ini pecah, lantaran polisi yang biasanya berjaga tidak ada di lokasi. Bahkan hingga siang tak satu pun petugas yang berjaga di pos penjagaan yang terletak di seberang perlintasan rel kereta api.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Indra Jafar mengatakan pada wartawan kekurangan personil terjadi karena banyak anak buahnya yang dialihkan untuk melindungi sejumlah venue Asian Games 2018.

“Personel kami banyak melakukan pengamanan di sejumlah venue. Setia Budi pun sudah ada venue bola basket. Sehingga personel kami tersedot, kami kehabisan personel,” kata Indra.

Akibat tawuran tersebut, kaca-kaca halte Pasar Rumput, sebuah layar informasi dan beberapa bagian halte tampak rusak. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana menambah pemasangan CCTV di sekitar lokasi Pasar Rumput untuk antisipasi terjadi tawuran. Dari pantauan Republika.co.id di lapangan, ada 18 CCTV yang terpasang. Namun, yang aktif dan bisa diakses hanya 10 CCTV. Dari portal Jakarta Smart City, tercatat delapan CCTV yang aktif dioperasikan oleh Bali Tower, dan dua lainnya dioperasikan oleh BITEK.

CCTV ini mampu menangkap lokasi halte, jembatan dan arus lalu lintas sekitar secara real time. Tak hanya CCTV, beberapa spanduk juga telah dipasang di kawasan Pasar Rumput tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement