Rabu 22 Aug 2018 16:21 WIB

Kasus HIV-AIDS Akibat Perilaku Gay di Sukabumi Tinggi

Peringkat kedua kasus HIV-AIDS dari kalangan ibu rumah tangga.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Muhammad Hafil
 Ilustrasi penderita homoseksual.
Ilustrasi penderita homoseksual.

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI -- Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang berasal dari kalangan lelaki seks lelaki (LSL) atau gay masih tetap tinggi. Bahkan, kasus HIV dari kalangan tersebut mendominasi dibandingkan dengan kelompok risiko tinggi lainnya.

"Kasus HIV-AIDS di Sukabumi tertinggi dari LSL atau gay,’’ ujar Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sukabumi, Dian Hendayana Saputra, kepada Republika.co.id, Rabu, (22/8). Hal ini didasarkan pada data kelompok risiko orang dengan HIV-AIDS (ODHA) kumulatif pada 2013-2017 yang berdomisili di Kabupaten Sukabumi.

Pada data itu, ungkap Dian, kalangan LSL atau gay menempati peringkat pertama dalam kasus HIV, yakni sebanyak 213 penderita. Berikutnya dari kalangan ibu rumah tangga sebanyak 144 orang.

Peringkat ketiga, kata Dian, ditempati kelompok wanita pekerja seks (WPS) sebanyak 100 kasus. Selanjutnya, anak sebanyak 38 orang, pengguna napza suntik sebanyak 37 orang, dan waria sebanyak 16 orang.

Lebih lanjut Dian menuturkan, kasus HIV-AIDS di Sukabumi tersebar di hampir semua kecamatan yang berjumlah 47. Secara kumulatif, kasus HIV-AIDS dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.

Data Dinkes Kabupaten Sukabumi mencatat, dari 2004 sampai per Januari-Juni 2018, terdapat 704 kasus yang terinfeksi HIV. Pada 2017 lalu, kasus HIV-AIDS secara kumulatif baru mencapai sebanyak 662 kasus.

Menurut Dian, fenomena ini disebabkan meningkatnya kasus baru HIV-AIDS pada setiap tahunnya. Contohnya pada 2015 lalu, kasus baru HIV-AIDS hanya sebanyak 80 orang penderita. Jumlah kasus baru meningkat pada 2016 menjadi sebanyak 100 kasus dan 2017 meningkat lagi menjadi 172 kasus.

Dari data yang ada, terang Dian, kasus berdasarkan jenis kelamin setiap tahunnya di dominasi oleh laki-laki. Sementara, bila berdasarkan usia setiap tahunnya yaitu peringkat pertama didominasi pada usia 25-49 tahun, peringkat kedua yaitu 20-24 tahun, dan peringkat ketiga pada usia 15-19 tahun serta sisanya 5-14 tahun dan <4 tahun.

Melihat peningkatan kasus tersebut, KPA Sukabumi berupaya mewujudkan tiga zero dalam penanggulangan HIV-AIDS. Ketiganya, yakni zero atau tidak ada lagi kasus baru infeksi HIV, kedua zero atau tidak ada kasus kematian, dan ketiga tidak ada lagi diskriminasi terhadap pengidap HIV.

Sebelumnya, Bupati Sukabumi yang sekaligus Ketua KPA Kabupaten Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, upaya mewujudkan tiga zero dalam penanggulangan HIV-AIDS diharapkan bisa terwujud pada 2030 mendatang. Untuk mewujudkannya, diperlukan peran serta semua elemen masyarakat.

Kepedulian pada masalah HIV, kata Marwan, telah ditunjukkan oleh sejumlah perusahaan yang ada di Sukabumi. Selain itu, ada sejumlah komunitas yang terlibat dalam penanggulangan HIV-AIDS, seperti warga peduli AIDS, pekerja peduli AIDS, pelajar peduli AIDS, ustaz peduli AIDS, dan media peduli AIDS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement