Rabu 22 Aug 2018 15:59 WIB

Peneliti: Suara Kaum Terpelajar Mampu Giring Opini Publik

Keterpilihan Jokowi-Ma'ruf di kalangan terpelajar kalah dari Prabowo-Sandiaga.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ratna Puspita
Bakal capres-cawapres Pilpres 2019, Joko Widodo (ketiga kanan) dan Ma'ruf Amin (keempat kiri), berjalan keluar seusai menjalani tes kesehatan di RSPAD, Jakarta, Ahad (12/8).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Bakal capres-cawapres Pilpres 2019, Joko Widodo (ketiga kanan) dan Ma'ruf Amin (keempat kiri), berjalan keluar seusai menjalani tes kesehatan di RSPAD, Jakarta, Ahad (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, mengatakan, dukungan kaum yang minimal berpendidikan sarjana itu sangatlah penting. Meski populasinya hanya 9,9 persen dari keseluruhan suara, kaum terpelajar bisa menjadi influencer yang menggiring opini publik.

"Kantong suara kaum terpelajar memang tak terlalu besar. Namun, kelompok ini punya kemampuan menjadi influencer dan penggiring opini publik," katanya saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (21/8).

Hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin kalah dalam elektabilitas di kalangan terpelajar. Pasangan pejawat itu hanya memperoleh dukungan sebanyak 40,4 persen, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraih dukungan 45,5 persen.

Menurut dia, salah satu yang menyebabkan elektabilitas Jokowi turun di kalangan terpelajar adalah dipilihnya Ma'ruf sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres). Berdasarkan survei, elektabilitas Jokowi di kalangan terpelajar sebelum berpasangan berada di angka 50,5 persen.

Namun, setelah berpasangan dengan Ma'ruf, elektabilitas pasangan itu di mata kaum pelajar merosot ke angka 40,4 persen. Secara umum, kehadiran Ma'ruf juga mengikis elektabilitas Jokowi yang sebelumnya 53,6 persen menjadi 52,2 persen.

"Ma'ruf Amin mengurangi dukungan kepada Jokowi," ujar dia.

Baca Juga:

Menurut dia, salah satu alasan rasional Jokowi memilih Ma'ruf adalah mengisi satu lubang kosong pada isu keumatan. Masuknya Ma'ruf memang dapat meredam sentimen negatif pemilih Muslim pada Jokowi dan meminimalisasi penggunaan isu SARA.

Survei LSI menunjukkan, kehadiran Ma'ruf memang mampu meningkatkan elektabilitas pasangan itu di kalangan pemilih Muslim, dari 51,7 persen menjadi 52,7 persen. "Tapi, itu belum tentu menarik sentimen keumatan ke pasangan ini," kata dia.

Ia mengatakan, secara umum pasangan Jokowi-Ma'ruf masih jauh lebih unggul dari penantang Prabowo-Sandiaga. Pasangan pejawat, kata dia, hanya perlu menjaga jarak elektabilitas dengan merumuskan isu dan formula yang tepat. 

Selain itu, pasangan Jokowi-Ma'ruf harus bisa mengumpulkan endorser dari kalangan terpelajar untuk mengambil kantong yang dikalahkan oleh pasangan penantang. "Menurut saya, yang berpengaruh adalah tokoh yang akan mendukung kandidat. Endorser-nya siapa, itu yang penting," ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement