Senin 20 Aug 2018 10:28 WIB

Memahami Gempa Baru Lombok 6,9 SR

Gempa yang terjadi pada Ahad (19/8) malam merupakan gempa baru.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Warga memilih tetap berada diluar rumah pascagempa di Ampenan, Mataram, NTB, Minggu (19/8). Gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter kembali mengguncang Lombok pada Minggu malam pukul 22.56 Wita yang berpusat di timur laut Lombok Timur pada kedalaman 10 km.
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Warga memilih tetap berada diluar rumah pascagempa di Ampenan, Mataram, NTB, Minggu (19/8). Gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter kembali mengguncang Lombok pada Minggu malam pukul 22.56 Wita yang berpusat di timur laut Lombok Timur pada kedalaman 10 km.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan, gempa yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan magnitude 6,9 Skala Richter (SR) pada Ahad (19/8) malam merupakan gempa baru. Artinya, gempa malam itu bukan kelanjutan dari gempa-gempa yang terjadi sebelumnya.

Kesimpulan tersebut berdasarkan titik lokasi episenter gempa yang terletak di ujung timur Pulau Lombok dan diikuti oleh sebaran episenter gempa yang mengikutinya. Episenter tersebut kemudian membentuk kluster episenter dengan sebaran ke arah timur (di laut) hingga di sebelah utara Sumbawa Barat.

“Maka dapat disimpulkan bahwa gempa yang terjadi tersebut merupakan aktivitas gempa baru yang berbeda dari gempa berkekuatan 7,0 SR pada 5 Agustus 2018 beserta susulannya,” kata Daryono, Senin (20/8).

Namun, antara gempa 7,0 SR yang terjadi pada 5 Agustus 2018 dengan gempa 6,9 SR pada 19 Agustus 2018 memiliki keterkaitan yang erat. Munculnya aktivitas gempa baru dengan pusat di ujung timur Pulau Lombok yang berkekuatan 6,9 SR diduga kuat akibat dipicu oleh trigger statis atau static stress dari rangkaian gempa-gempa kuat di Lombok.  

Baca juga, Warga Lombok: Guncangan Gempa Begitu Keras

“Menariknya, rekahan batuan yang diciptakan oleh kedua gempa tersebut masih terjadi pada satu sistem sesar yang sama yaitu masih dalam kerangka sistem Sesar Naik Flores, ini tempak jelas dari mekanisme pusat gempa yang terjadi,” ujarnya.

Daryono menjelaskan, dalam ilmu seismologi, aktivitas kedua gempa kuat semacam ini disebut sebagai ‘gempa kembar’ atau doublet earthquakes. Mengingat, kekuatannya tidak terpaut besar, lokasi dan kedalaman cukup berdekatan, serta terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Akan tetapi, jika melihat banyaknya rangkaian gempa kuat yang terjadi, maka boleh menyebutnya sebagai aktivitas ‘multi gempa’ atau multiplet earthquakes.

Gempa baru ini sejak Ahad malam hingga Senin (20/8) pagi pukul 07.00 WIB telah membangkitkan 88 kali gempa susulan. Sebanyak delapan gempa susulan di antaranya memiliki kekuatan signifikan dan dirasakan guncangannya oleh masyarakat.

Baca juga, Tamu Hotel Berhamburan Keluar Saat Gempa Lombok

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan telah melakukan konfirmasi kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengetahui dampak gempa baru tersebut. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, guncangan terasa keras di Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa Besar, Lombok Barat dan Kota Mataram selama lima sampai 10 detik.

Gempa juga dirasakan sedang di Bali seperti di Jembrana, Kota Denpasar, Karangasem, Badung, Gianyar, Bangli, Kulungkung dan Buleleng selama lima hingga 10 detik. Bahkan, gempa turut dirasakan ringan di Jawa Timur bagian timur sampai Makassar.

Gempa keras di Lombok Timur paling berdekatan dengan pusat gempa. Gempa dirasakan berskala VI MMI. Artinya, gempa dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar.  Berdasarkan laporan dari aparat di Lombok Timur, belum dapat dipastikan berapa korban jiwa dan kerusakan.

“Situasi listrik padam. Gempa susulan masih terasa. Warga mengamankan diri dan mengungsi di lapangan yang ada dan menjauhi bangunan-bangunan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement