REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Amanat Nasional (PAN) mengungkapkan sejumlah alasan mundurnya Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokraasi (MenPAN-RB), Asman Abnur. Kader PAN itu resmi mengundurkan diri dari jabatannya setelah partainya tidak lagi mendukung koalisi Joko Widodo dan justru mengusung calon presiden Prabowo Subianto dan calon wakil presiden, Sandiaga Uno.
Saleh Partaonan mengaku bahwa di internal partai banyak juga yang mendesak Asman agar mundur. Bahkan jauh sebelum penetapan capres/cawapres. Namun karena dinilai berprestasi dan kontributif bagi pemerintah dan masyarakat luas, Asman tetap diberikan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
“Pak Asman juga pasti mendengar sindiran-sindiran berbagai pihak dari partai koalisi Jokowi yang menginginkannya mundur. Tapi karena ingin membuktikan kalau dia mampu, sindiran-sindiran itu ditepis begitu saja," ungkap Saleh saat dihubungi melalui pesan singkat, Rabu (15/8).
Namun demikian, kata Saleh, desakan agar Asman mundur semakin kencang menjelang penetapan capres dan cawapres. Apalagi setelah dipastikan bahwa PAN tidak berkoalisi dengan partai-partai pendukung Joko Widodo. Secara etika, tentu saja Asman tidak merasa layak lagi di dalam kabinet. Saleh mengatakan, kemungkinan atas dasar itu Asman berinisiatif untuk mengundurkan diri. Kemudian suasana kerja juga tentu juga sudah tidak lagi mendukung.
"Apalagi itu tadi, banyak pihak yang nyinyir dan usil terhadap keberadaannya di kabinet. Ditambah pula, pak Asman itu bukan tipe orang yang ambisius dan mengejar-ngejar jabatan," katanya.
Lanjut Saleh, PAN sendiri sebetulnya sangat puas dengan kinerjanya pak Asman. Artinya, selama beliau menjabat, telah memberikan kontribusi positif bagi pemerintahan dan tentu bagi kepentingan peningkatan kualitas pelayanan masyarakat luas. Itu diakui oleh presiden Joko Widodo dan pihak istana. Namun demikian, ini mesti harus menjadi catatan ke depan.
Sebab, Saleh berharap jangan sampai hanya karena kepentingan politik sektoral dan praktis, menteri-menteri yang berprestasi pun harus diganti. Bagaimanapun juga, jika ada pergantian, menteri baru masih perlu penyesuaian. Mungkin, Saleh memperkirakan, membutuhkan waktu 5 - 6 bulan. Akibatnya, ada keterlambatan dalam eksekusi dan implementasi program kerja yang telah disusun sebelumnya
“Kejadian ini membuktikan bahwa pemerintahan sekarang tidak sepenuhnya profesional dan berorientasi jangka panjang. Tekanan-tekanan politik masih lebih cukup dominan dalam pengambilan keputusan. Bahkan kadang-kadang bisa menafikan prestasi dan dedikasi yang sudah teruji. Selanjutnya, masyarakatlah yang akan menilai," katanya.
Sementara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, mundurnya Asman Abnur karena perbedaan pilihan politik. "Kita mengucapkan terima kasih, tetapi karena perbedaan pilihan politik menjadi berbeda. Dan kita bertemu, bergabung baik-baik, selesai baik-baik," ujar Pramono di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (14/8).
Rencana mundurnya Asman Abnur dari jabatannya menyusul keputusan PAN yang mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
"Memang seyogyanya setelah koalisi tergambarkan jelas, siapapun menteri yang tidak ada dalam koalisi artinya mendukung pemerintahan, berhenti," ujarnya.