Selasa 14 Aug 2018 23:15 WIB

Mitigasi Bencana Disarankan Masuk Kurikulum Pendidikan

Terutama pengetahuan dan cara perlindungan diri yang cepat saat terjadi gempa.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Tim gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, dan lembaga lain terus melakukan evakuasi dan pencarian korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (13/8).
Foto: dok. Posko PDB Gempa Lombok
Tim gabungan yang terdiri atas TNI, Polri, Basarnas, dan lembaga lain terus melakukan evakuasi dan pencarian korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Akademisi Universitas Brawijaya Eng Fadly Usman mengatakan, masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya membangun hunian yang ramah terhadap gempa dan juga edukasi penanganan saat bencana. Hal ini lantaran wilayah NTB, khususnya Pulau Lombok, merupakan daerah yang kerap dilanda gempa.

Dia mencontohkan kesigapan warga Jepang saat terjadi gempa. "Di Jepang semua struktur bangunannya dirancang dan ramah terhadap gempa untuk meminimalkan dampak dan korbannya," ujar Fadly di Aula PW NU Mataram, Selasa (14/8).

Selain itu, ia katakan, warga Jepang dari mulai kecil sudah diberikan pemahaman terkait keselamatan saat terjadi gempa. Termasuk memasang alat-alat sederhana yang mudah dilihat dan dirasakan jika gempa itu terjadi.

"Rata-rata warga Jepang memasang lampu itu digantung, bukan ditempel di plafon. Jika gempa, lampu gantung itu akan berayun. Di sekolah juga demikian, itu salah satu peringatan dini yang mudah dilakukan," kata dia.

Wakil Ketua PP Persatuan Guru NU itu menambahkan, mengingat wilayah Indonesia khususnya bagian selatan rawan gempa, dia menyarankan agar edukasi mitigasi gempa bisa masuk kurikulum, minimal dalam submata pelajaran sosial.

"Hal ini agar setiap warga negara Indonesia memiliki pengetahuan dan cara perlindungan diri yang cepat saat terjadi gempa ataupun bencana lainnya," ucapnya.

Ia juga menyarankan bila gempa terjadi sebaiknya tidak lari keluar, tetapi berlindung di bawah kolong meja untuk menghindari benturan langsung. "Setiap rumah hendaknya memiliki meja yang cukup kuat untuk menahan reruntuhan sebagai upaya antisipasi," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement