REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan meminta pemerintah meningkatkan status gempa Lombok menjadi bencana nasional karena sudah ratusan warga yang menjadi korban. Selain itu, banyak infrastruktur dan sarana publik rusak, sehingga bantuan harus diupayakan secara maksimal.
"Kita melihat pemerintah belum menjadikan gempa Lombok sebagai bencana nasional. Padahal dengan jumlah korban yang mencapai ratusan, dan banyaknya infrastruktur yang rusak, sudah selayaknya musibah ini statusnya menjadi nasional," kata Taufik dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (11/8).
Dia mengatakan gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) telah terjadi lebih dari 800 getaran bahkan telah terjadi dua kali gempa terbesar yang dirasakan masyarakat, yakni 6,4 Skala Richter pada 29 Juli dan 7 Skala Richter pada 5 Agustus. Menurut dia, gempa di NTB itu telah menimbulkan banyak korban yaitu tercatat 381 orang meninggal dunia sehingga peningkatan status menjadi bencana nasional diharapkan agar penanganan yang dilakukan bisa lebih cepat dan maksimal.
"Saya menilai jika penanganan tidak dilakukan secara maksimal, selain berdampak kepada masyarakat NTB, namun juga dunia pariwisata," ujarnya.
Dia mengatakan, beberapa kawasan di NTB sedang diperkenalkan sebagai destinasi pariwisata halal, misalnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Mandalika bahkan Gili Trawangan pun sudah dikenal luas. Taufik mendorong pemerintah mengupayakan penanganan yang terbaik untuk Lombok.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat saat ini mencapai 387 orang. "Diperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo di Jakarta, Sabtu.
Sutopo mengatakan, korban meninggal dunia tersebar di Kabupaten Lombok Utara (334 orang), Kabupaten Lombok Barat (30 orang), Kabupaten Lombok Timur (10 orang), Kota Mataram (sembilan orang), Kabupaten Lombok Tengah (dua orang) dan Kota Denpasar (dua orang). Sementara itu, korban luka-luka tercatat 13.688 orang. Pengungsi tercatat 387.067 jiwa tersebar di ribuan titik.