REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sambik Jengkel Timur, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat hampir seperti desa yang hilang. Hal itu karena sekitar 300 bangunan permanen maupun nonpermanen di wilayah itu roboh rata dengan tanahakibat gempa berkekuatan 7 SR pada Ahad (5/8).
Sedikitnya enam warga setempat meninggal dunia akibat musibah bencana alam tersebut. Sementara, ratusan warga terpaksa mengungsi di tempat alakadarnya. Hal itu karena hingga Sabtu (11/8), mereka belum tersentuh bantuan dari pemerintah.
"Dusun kami terdiri dari 287 jiwa dan 146 Kepala Keluarga (KK), seluruh rumah sudah roboh. Tidak ada yang tersisa," kata Nimerdin, perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Selengan.
Karena ketiadaan bantuan dari pemerintah sejak hari pertama gempa, warga pun berinisiatif mencari terpal untuk mendirikan tenda. Tenda itu didirikan di tanah lapang di samping bangunan masjid yang telah roboh.
Seorang perempuan melintas dekat kios yang temboknya roboh pascagempa bumi di Dusun Lendang Bajur, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8).
Para korban itu juga mencari bahan makanan di sela-sela bangunan roboh yang kemudian dibawa ke posko pengungsian untuk dimasak bersama-sama. "Dari tenda sampai makanan pun, belum ada juga bantuan dari pemerintah," ujarnya.
Dari pantauan di dusun yang tidak jauh dari tepian ngarai yang memiliki kedalaman puluhan meter itu, rumah semi peramanen maupun permanen sudah roboh. Sementara yang berdiri tinggal kandang ayam dan kambing.
Mereka tinggal di tenda pengungsian dengan menahan dingin mengingat, geografis daerah tersebut di perbukitan Gunung Rinjani. Saat malam hari, mereka dihajar dari angin laut karena dekat pantai dan angin dari gunung.
Dengan keadaan alakadarnya, mereka mencoba untuk bertahan dan berharap datangnya segera bantuan dari pemerintah. "Kami masih butuh tenda bantuan pemerintah," kata Sudir, warga Dusun Sambik Jengkel.
Warga Dusun Mentareng, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Inaq (ibu) Dewi di rumahnya yang roboh akibat gempa pada Senin (30/7).
Permasalahan lainnya, yakni ketiadaan air di mana sumber air dari Danau Segara Anakan sekarang ini sudah kering. "Dan untuk turun ke sungai, tidak berani juga karena kondisi tanah yang masih labil," katanya.
Dusun Sambik berada di bawah Dusun Tangga yang terisolasi, jarak antara Kota Mataram ke dusun tersebut sekitar 40 kilometer. Dusun tersebut berada di areal perbukitan Lombok Utara.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengakui sejumlah wilayah di Lombok belum terjangkau bantuan setelah gempa berkekuatan 7 SR pada Ahad (5/8). Hal itu karena tim masih kesulitan menjangkau wilayah tersebut.
“Hingga H+6 masih terdapat beberapa pengungsi yang belum mendapat bantuan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis pada wartawan, Sabtu (11/8).
Sutopo mengatakan, permasalahan utama yang dihadapi posko bantuan adalah soal distribusi logistik ke ribuan titik pengungsian. Sebab, banyak akses jalan menuju lokasi pengungsi mengalami kerusakan. “Sebagian besar jalan di Lombok Utara mengalami kerusakan akibat gempa,” ujar dia.
Ia menegaskan saat ini percepatan distribusi logistik menjadi prioritas, selain pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi. Kebutuhan mendesak saat ini adalah tenda, selimut, makanan siap saji, beras, MCK portable, air minum, air bersih, tandon air, mie instan, pakaian, terpal/alas tidur, alat penerang/listrik, layanan kesehatan, dan layanan trauma healing.