Jumat 10 Aug 2018 22:57 WIB

Mereka yang Bekerja di Tengah Duka

Gempa susulan yang masih kerap terjadi, membuat warga Lombok tak bisa tenang

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Sepeda tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa bumi di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Kamis (9/8).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Sepeda tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa bumi di Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Kamis (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Aktivitas di Pulau Seribu Masjid seolah berhenti sejenak, pascagempa berkekuatan 7 skala richter (SR) pada Ahad (5/8) lalu, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat diguncang gempa. Ratusan orang meninggal dunia, dan hampir 90 persen bangunan di Lombok Utara rusak. Kondisi serupa juga dialami sejumlah wilayah di Lombok Utara.

Warga mengalami trauma yang luar biasa. Gempa susulan yang masih kerap terjadi, membuat warga Lombok tak bisa tenang. Bahkan, ada ungkapkan bahwa, "Jangankan gempa, ada suara tikus di atap genting saja kita lari."

Namun, hidup harus terus berjalan. Warga, terutama di Kota Mataram, secara perlahan mulai melakukan aktivitasnya. Warung-warung kembali buka, begitu juga dengan pertokoan. Meski tak sedikit yang belum kembali beroperasi.

Elia misalnya. Perempuan 24 tahun ini kembali bekerja di sebuah restoran di Kota Mataram. Eli, adalah karyawan yang mengantarkan makanan kepada konsumen. Eli mengatakan, kondisi restoran tempatnya bekerja tidak terdampak gempa. Pasalnya, desain restorannya bergaya lesehan dengan mayoritas ornamen kayu dan sawah. Tapi rumahnya di Desa Jeringo, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, justru berbanding terbalik. "Rumah saya sudah rata dengan tanah," ujar Eli di Mataram, NTB, Jumat (10/8).

photo
Warga menggunakan motor untuk mengungsi akibat gempa susulan yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (9/8).

Eli menceritakan, gempa pada Ahad (5/8) malam begitu besar dan membuat hampir seluruh rumah di kampungnya rusak. Tak sedikit yang rata dengan tanah, seperti rumahnya. Kendati begitu, ia bersyukur tidak ada satu pun keluarganya yang menjadi korban. "Alhamdulillah tidak ada korban, makanya agak tenang dan bisa kembali bekerja," katanya.

Eli sendiri mengaku masih khawatir dengan adanya gempa susulan. Ia berharap musibah ini cepat berlalu. Senada dengan Eli, warga Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Azzam (31), sudah kembali bekerja di restoran yang sama. Dia mengatakan hal ini sebagai bentuk tanggung jawabnya. Meski ia mengaku masih khawatir adanya gempa susulan. "Yang penting keluarga selamat semua, jadi kerja juga tenang," katanya.

Dia mengatakan, rumahnya dan juga rumah tetangganya hancur akibat guncangan gempa. Saat ini, keluarganya tinggal di posko pengungsian bersama warga lain yang terdampak.

Di Lombok Utara, Adi, jurnalis salah satu stasiun televisi tetap bekerja. Meski ia tahu, tempat tinggalnya di Dusun Menggala, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara juga diguncang gempa. Dia sedang berada di Mataram saat gempa terjadi.

photo
Warga korban gempa Lombok sedang mencari sejumlah benda yang masih bisa diselamatkan dari rumahnya

Pada saat itu, di tengah kondisi kepanikan yang melanda warga Mataram, Adi melakukan kerja jurnalitiknya. Dia mengambil suasana kepanikan di Kota Mataram. Ia meyakini, anak dan istrinya baik-baik saja. "Istri sama anak sedang di rumah orang tua di Lombok Utara, Insya Allah baik-baik saja karena depan rumah itu lapangan, jadi pikiran saya pasti lari keluar," kata Adi.

Tebakan Adi benar. Ketika sedang mengabadikan momen mencekam kemacetan di Kota Mataram akibat adanya isu tsunami, Adi mendapatkan pesan singkat dari istrinya, bahwa keluarganya di Lombok Utara baik-baik saja. Setelah selesai mengambil gambar, Adi pun langsung menuju rumahnya di Lombok Utara.

Setibanya di sana, ia kaget. Rumahnya sudah roboh. Selesai memeriksa keadaan, ia kembali melanjutkan tugasnya dengan meliput suasana di Lombok Utara yang rupanya menjadi wilayah paling parah akibat gempa. "Yang penting keluarga selamat dulu. Saya tetap meliput karena ini harus diketahui masyarakat luas, karena bukan saya saja yang rumahnya rusak, tapi hampir semua orang Lombok Utara," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement