REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengirimkan bantuan untuk korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bantuan yang disalurkan, merupakan hasil donasi dari jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan masyarakat Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, selain menyalurkan bantuan berupa uang untuk perbaikan gedung sekolah di Lombok Timur, pihaknya juga menyalurkan bantuan berupa barang, yang akan disalurkan ke Lombok Utara. "Ada makanan, susu, pampers, tenda, penjernih air, genset, baju, sarung, tikar, beras dan obat-obatan," ujar Risma di Surabaya, Jumat (10/8).
Risma menambahkan, pihaknya juga mengirimkan beberapa personil untuk mendukung kebutuhan tenaga di Lombok NTB. Beberapa personil tersebut, terbagi menjadi dua tim. Masing-masing tim menuju ke Lombok Timur dan Lombok Utara.
Risma menjelaskan, tim yang diberangkatkan menuju ke Lombok Utara, terdiri dari tenaga medis, anggota Satpol-PP, Linmas, dan PMK. “Kita bantu untuk tenaga medis seperti dokter dua, perawat tiga, Satpol-PP tiga, Linmas tiga, PMK tiga, dan bagian umum dua,” kata Risma.
Sementara itu, lanjut Risma, tim yang diberangkatkan menuju Lombok Timur difokuskan pada perbaikan sekolah. "Karena kita cek sekolah yang paling parah. Kemudian kita cek yang mana belum ditangani, ketemulah di Lombok Utara. Jadi kita juga kirim bantuan ke Lombok Utara,” ujar Risma.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya tersebut menyatakan, bentuk bantuan berupa barang merupakan hasil donasi diluar bantuan untuk perbaikan gedung sekolah. Selain itu, beberapa barang memang sengaja dibelikan untuk mensuplai kebutuhan di sana. Seperti kebutuhan tenda, genset dan pompa air beserta selang.
“Ini ada ditelpon dari sana minta kain kafan. Jadi kita siapin untuk kain kafan juga,” ujar perempuan kelahiran Kediri tersebut.
Risma menegaskan, pihaknya masih akan terus membuka posko bantuan peduli korban gempa Lombok di Balai Kota, terutama untuk membantu perbaikan gedung sekolah. Risma ingin bantuan gedung sekolah tidak hanya fokus pada perbaikan gedung. Namun juga dapat digunakan untuk kebutuhan lain yang mendukung proses belajar dan mengajar di sana.
“Kita kepingin sekolah itu bukan hanya bisa dibangun gedungnya, tapi sekaligus mebeler. Kalau misalkan listrik, gimana listrik di sana. Ini mereka (tim) survey juga, sambungan listriknya bisa atau tidak. Kalau kita ada uang nanti kita bantu yang lain misalkan komputer,” kata Risma.