Jumat 10 Aug 2018 00:44 WIB

Tolak Prabowo-Sandiaga, Kemana Sikap Partai Demokrat?

Partai Demokrat akan menentukan sikapnya terhadap koalisi Pilpres 2019 pada Jumat.

Rep: Zahrotul Oktaviani/Dian Fath Risalah/ Red: Nur Aini
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melambaikan tangan ke arah wartawan saat akan melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediaman SBY, Jakarta. Kamis (9/8).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melambaikan tangan ke arah wartawan saat akan melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediaman SBY, Jakarta. Kamis (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam deklarasi calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo-Sandiaga Uno, Partai Demokrat absen sebagai partai pengusung. Padahal sebelumnya, Partai Demokrat memberikan dukungannya kepada Prabowo maju sebagai Capres.

Dalam keterangan tertulis yang didapat Republika.co.id, Jumat (10/8), Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief mengatakan Partai Demokrat menolak pencalonan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo. Sikap tersebut diambil pasca-pertemuan antara Demokrat dengan Prabowo-Sandi di kediaman SBY Kamis malam.

Penolakan tersebut diputuskan karena Demokrat menganggap Partai Gerindra melanggar kode etik koalisi. Partai Demokrat masih belum menerima alasan Prabowo menolak Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pasangan wakilnya.

"Sikap Partai Demokrat sampai pukul 22.30 Kamis malam adalah menolak pencawapresan Sandi Uno. Karena melanggar etik koalisi berasal dari Partai Gerindra dan Capres Prabowo. Kita juga belum menerima alasan Prabowo tidak menunjuk AHY karena PAN dan PKS menolak," ujar Andi Arief, Jumat (10/8).

Partai Demokrat menilai sikap penolakan mereka sesuai dengan azas keadilan. Prabowo dianggap menuruti penolakan PAN dan PKS terhadap kader Demokrat, AHY.

Partai Demokrat pun telah membuka dua opsi. Pertama mereka kembali ke komitmen atau janji Prabowo yang meminta AHY sebagai cawapres karena elektabilitasnya tertinggi di semua lembaga survei.

"Kedua, jikapun AHY tidak dipilih sebagai cawapres, carilah figur alternatif untuk dibicarakan bersama dengan pertimbangkan kemungkinan mengalahkan Jokowi - Ma'ruf Amien," ujarnya.

Partai Demokrat menjanjikan pada Jumat akan menyatakan sikap terhadap kelanjutan koalisi. Hal itu karena menurut aturan, partainya tidak boleh netral.

"Kami berharap dalam dua atau tiga jam terakhir Prabowo dan Demokrat, ada kesepakatan. Jika tidak ada kesepakatan, kami akan tempuh jalan berbeda," ujar Andi Arief.

Partai Demokrat juga berharap ujian kepemimpinan yang dialami Prabowo bisa diatasi oleh dirinya. Jika ujian tersebut tidak melahirkan keputusan terbaik, maka ini akan jadi ukuran bagaimana kapasitas dan kualitas Prabowo untuk memimpin jika ia menang capres. "Persoalan bangsa akan lebih kompleks dari ini," ujarnya.

Sebelum deklarasi Capres-Cawapres pada Jumat malam, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kembali menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pantauan Republika.co.id, Prabowo tiba pada pukul 21.20 WIB. Prabowo datang dengan menggunakan mobil Lexus  LX 570 berwarna putih.  Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan mengungkapkan kedatangan Prabowo untuk berbicara empat mata dengan SBY. "Kita lihat memang Prabowo hadir dan sedang bicara empat mata. Kita tunggu saja," kata Hinca kepada wartawan, Kamis (9/8).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi membuka pendaftaran bakal calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) pemilihan presiden tahun depan. Pendaftaran bacapres dan bacawapres digelar selama tujuh hari, mulai Sabtu (4/8) hingga Jumat (10/8).

Baca: Prabowo Usung Sandiaga Tanpa Partai Demokrat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement