Kamis 09 Aug 2018 09:57 WIB

Rusak Parah, 3 Kecamatan di Lombok Belum Tersentuh Evakuasi

Wabah diare turut memperberat kondisi korban gempa di tiga kecamatan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Nur Aini
 Kondisi rumah yang rusak  akibat gempa Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, NTB, Rabu (8/8).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kondisi rumah yang rusak akibat gempa Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, NTB, Rabu (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga kecamatan di Lombok belum bisa dilakukan evakuasi setelah gempa bumi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Ahad (5/8) lalu. Sulitnya evakuasi itu lantaran tiga kecamatan itu mengalami kerusakan paling parah.

Informasi tersebut diketahui setelah Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Menteri Kesehatan Nila Djoewita Moeloek telah bertemu Gubernur Nusa Tenggara Barat TGB Zainul Majdi untuk meninjau lokasi gempa pada Rabu (8/8).

"TGB menjelaskan bahwa hingga saat ini terdapat 3 kecamatan yang belum dapat dievakuasi dengan tingkat kerusakan paling berat karena paling dekat dengan sumber gempa yaitu Gangga, Kayangan dan Bayan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal yang mendampingi Kapolri, Kamis (9/8).

Evakuasi tersebut masih menunggu alat berat eskavator, bantuan personel evakuasi, dan persiapan lokasi penampungan. Hal lain yang cukup mengkhawatirkan, kata Iqbal, adalah wabah diare yang sudah mulai menjangkiti para warga di penampungan sehingga keberadaan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) di tiga Kecamatan tersebut sangatlah dibutuhkan. "Diharapkan minggu depan sudah dapat memasuki tahap rekonstruksi," ujar Iqbal.

Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek menyampaikan bahwa luka yang paling banyak dialami oleh korban adalah patah tulang. Selain itu, dalam proses penyembuhan terhadap korban bencana alam perlu adanya metode trauma healing sehingga tim pun berupaya memberikan pendampingan psikologis kepada para korban.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meminta Tim Pusdokes Polri dan Tim DVI Polri yang terlibat pendataan korban dilakukan dengan pengambilan sampel post mortem sebelum dikuburkan. Hal itu agar keluarganya tidak melakukan pembongkaran makam.

"Kemudian data korban yang telah ditemukan dalam keadaan selamat maupun meninggal agar bantuan dapat tepat sasaran," kata Tito dalam keterangan tertulis, Kamis (8/8).

Selain itu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meminta agar bantuan yang datang terdistribusi sesuai kebutuhan secara merata. Ia juga meminta seluruh stakeholder terkait menggunakan seluruh sumber daya untuk menanggulangi gempa tersebut.

Sebelumnya, Polri telah menerjunkan 460 personel yang tergabung dalam Satgas Operasi Aman Nusa II. Satuan tugas itu terdiri dari 400 anggota Brimob dan 60 petugas kesehatan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana gempa.

Seluruh anggota telah dibekali dengan Sarana dan Prasarana antara lain motor trail,  mobil double cabin yang dilengkapi tenda untuk pengungsi, repeater mobile, alat komunikasi, velbed, MTP (Makanan Tambahan Polri), dan obat-obatan. Selain itu, anggota juga membawa genset untuk penerangan, mengingat seluruh aliran listrik terputus akibat gempa.

Baca: Gempa Susulan Masih Terus Guncang Pulau Lombok

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement